Grup Lippo Tutup Sementara 8 Gerai Retail
PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) pemilik jaringan retail Hypermart, Hyfresh, dan Foodmart menutup sementara 8 berainya karena dampak pandemi Covid-19. Penutupan tersebut dilakukan di kawasan seperti Bali dan Jambi agar kerugian tidak semakin besar.
"Pelanggan sangat sepi sekali dan kami selektif, kalau tidak salah ada 8 gerai yang kami tutup sementara selama massa Covid-19 ini," kata Direktur Matahari Putra Prima Herry Senjayadalam paparan publik secara virtual, Jumat (16/10).
Salah satu alasan penutupan gerai di kawasan wisata seperti Bali, karena pelanggan dan kunjungan turis di wilayah ini sedang sepi, akibat dampak pandemi Covid-19. "Beberapa gerai di wilayah turis itu ditutup karena turis sangat sepi di sana," katanya.
Herry mengatakan penutupan ini untuk mengeliminasi kerugian lebih lanjut karena dampak negatif Covid-19. Kondisi ini juga membuat perusahaan menunda ekspansi penambahan toko di daerah lain, dengan harapan 2021 mendatang bisa mulai kembali normal.
Dia menegaskan penutupan ini hanya bersifat sementara. Setelah pandemi berakhir, gerai-gerai ini akan dibuka kembali. "Kalau kondisi ritel dan ekonomi kembali kondusif, maka perusahaan akan kembali membuka gerai tersebut akhir tahun ini," kata Herry.
Per Juni 2020, Matahari Putra Prima mengoperasikan 100 gerai Hypermart, 26 gerai Foodmart, dan 10 Hyfresh untuk jenis supermarket yang berkontribusi terhadap 96% dari total penjualan. Untuk format jenis grosir, perusahaan mengoperasikan 1 SmartClub, 64 gerai Boston, dan 14 gerai FMX yang menyumbang total 4% dari penjualan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Matahari Putra Prima Danny Kojonginan mengatakan selain melakukan penutupan sementara gerai, strategi lainnya juga dijalankan oleh perusahaan untuk merampingkan biaya operasional seperti melakukan negosiasi sewa dan service charge.
"Kami juga mengurangi jam lembur dan tenaga kerja kontrak dan melakukan inisiatif penghematan biaya lainnya," kata Danny pada kesempatan yang sama.
Selain strategi efisiensi di gerai-gerai milik Matahari Putra Prima, Danny mengatakan ada beberapa langkah lainnya yang dilakukan perusahaan seperti mengurangi biaya pemasaran dengan mengandalkan platform digital. Lalu, mengurangi pekerjaan yang redundan dan tenaga kerja kontrak. Termasuk inisiatif penghematan biaya misalnya listrik dan meninjau kebijakan perjalan luar kota.
Dengan langkah-langkah strategi efisiensi ini, sejak Maret 2020 hingga Juli 2020, perusahaan bisa merampingkan biasa operasional sebesar 22% menjadi Rp 131 per bulan dari sebelumnya Rp 169 miliar per bulan. Meski begitu, perusahaan masih membukukan kerugian Rp 219,25 miliar pada semester I 2020, membengkak dibandingkan rugi Rp 186,88 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Membesarnya kerugian perusahaan tersebut diakibatkan penjualan perusahaan yang hanya Rp 3,67 triliun, turun hingga 20,9% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 4,64 triliun.
Meski begitu, emiten grup Lippo ini berencana untuk membangun hingga 16 gerai Hyfresh pada 2021 mendatang sebagai langkah efisiensi dan untuk mendorong konsumsi melalui jalur online. Perusahaan menyiapkan anggaran hingga Rp 80 miliar untuk rencana ekspansi ini.
Saat ini perusahaan sudah mengoperasikan 10 gerai Hyfresh di seluruh Indonesia. Gerai ini memang dibangun dengan luas yang lebih sempit dibandingkan dengan Hypermart atau Foodmart, hanya sekitar 500-1.000 m2 yang menyasar target segmen menengah ke atas.
Danny mengatakan Hyfresh bisa menjadi salah satu potensi bagi perusahaan dalam memperluas jaringan tokok namun mengandalkan keefektifannya. Selain itu, gerai Hyfresh ini juga merambah pelanggan yang datang ke toko langsung atau mengirim produk secara online.
Sementara, menurut Herry, pembangunan Hyfresh ini sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum adanya pandemi Covid-19. Proses pembangunannya bisa dari nol, tapi juga bisa dibangun dengan mengkonversi dari gerai Hypermart.
"Di tahun depan, kami berencana merealisasikan kurang lebih 16 gerai Hyfresh estimasi investasi Rp 80 miliar," kata Herry.
Survei BI: Bisnis Retail Masih Lemah
Survei Bank Indonesia mengindikasikan penjualan retail pada September 2020 membaik meski masih dalam fase kontraksi. Perbaikan terutama ditopang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tetap tumbuh positif.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan hal tersebut tercermin dari perkiraan indeks penjualan riil (IPR) September 2020 yang negatif 7,3%, membaik dari minus 9,2% pada bulan sebelumnya.
"Kelompok barang lain yang penjualannya tumbuh membaik adalah kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan kelompok barang lainnya," tulis Onny dalam keterangan resminya, Kamis (8/10).
Penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau diperkirakan masih melanjutkan tren positif dari bulan sebelumnya sebesar 2,7% sehingga mencatat pertumbuhan 5,1%.
Adapun kelompok lain yang tumbuh membaik meski masih dalam zona negatif adalah bahan bakar kendaraan bermotor dari minus 23,5% menjadi 19,4%, subkelompok Sandang dari negatif 64,9% menjadi 61,9%, dan suku cadang dan aksesoris dari minus 25,2% menjadi 23,6%.
Responden menyatakan, membaiknya penjualan eceran juga didorong oleh daya beli yang membaik karena berbagai insentif pemerintah, kelancaran distribusi, dan banyaknya program diskon.