Luhut Sebut Virus Corona Tak Tahan Cuaca Panas, Ini Analisa Ilmiahnya

Sorta Tobing
3 April 2020, 15:19
luhut binsar pandjaitan, cuaca panas bunuh virus corona, virus corona, virus korona, covid-19, pandemi corona
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan cuaca panas membunuh virus corona menuai perdebatan.

Pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal cuaca panas membunuh virus corona menuai tanda tanya. Pasalnya, sampai sekarang belum ada bukti ilmiah soal kebenaran teori ini.

“Dari hasil modelling kami, cuaca Indonesia, (di) ekuator yang panas dan kelembaban udara tinggi membuat Covid-19 tidak kuat (hidup),” katanya saat melakukan rapat koordinasi, Kamis (2/4), seperti dikutip dari Kompas.com.

Tapi kondisi itu tak lantas membuat Indonesia aman dari pandemi corona. Luhut tetap mengimbau masyarakat untuk disiplin memutus rantai penularan virus tersebut. Menjaga jarak, menghindari kerumuman, dan beraktivitas di dalam rumah harus tetap dilakukan semua orang.

(Baca: Daftar Koruptor Lansia Berpeluang Bebas Karena Penanganan Virus Corona)

Situs BBCIndonesia.com menyebut teori soal pengaruh cuaca terhadap ketahanan hidup virus corona belum benar-benar terbukti. Para pakar sudah mewanti-wanti jangan terlalu berharap virus ini akan musnah pada musim panas.

Memang ada kajian pada 10 tahun lalu dari Pusat Penyakit Menular di Universitas Edinburgh yang menemukan tiga jenis virus corona biasanya muncul pada musim dingin. Virus-virus ini menginfeksi manusia antara Desember hingga April. Pola ini juga berlaku pada influenza.

Contohnya, virus corona yang menyebabkan sindrom pernapasan akut SARS. Wabah penyakit ini terjadi pada 2002-2003. Penelitian yang masih awal menunjukkan corona jenis ini punya kemampuan bertahan hidup di cuaca sejuk dan dingin. Semakin tinggi suhu dan kelembabannya, semakin rendah kemampuan virus bertahan hidup. Tapi riset ini pun masih tahap awal.

Nah, virus corona jenis keempat, yaitu Covid-19 (nama resminya SARS-CoV-2) yang sedang menjangkiti dunia sekarang memiliki pola lebih sporadis. Apalagi kalau sudah masuk level pandemi, biasanya tidak lagi mengikuti pola musiman. Kondisi serupa juga terjadi ketika Flu Spanyol menginfeksi dunia pada 1918.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...