Pengembangan PLTS Atap Dapat Pacu Target Bauran Energi 2025

Sorta Tobing
15 Desember 2020, 13:27
plts atap, bauran energi, pln, fabby tumiwa, iesr, energi baru terbarukan
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/wsj.
Ilustrasi. Pasar pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS Atap dapat menjadi kunci untuk mengejar target bauran energi 23% di 2025.

Pasar pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS Atap dapat menjadi kunci untuk mengejar target bauran energi 23% di 2025. Potensi kapasitas pembangkit itu dari pelanggan rumah tangga dan bisnis bisa mencapai 4 gigawatt hingga 5 gigawatt (GW). 

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pelaksanaannya dapat lebih cepat daripada bergantung pada pembangkit besar. “Teknologinya sudah dapat diakses siapa saja. Beli online sudah bisa. Siapa saja bisa mengoperasikan dan memasangnya,” ujarnya dalam acara peluncuran SolarHub Indonesia, Selasa (15/12).

Kondisinya akan berbeda apabila tetap bergantung pada proyek pembangkit energi baru terbarukan atau EBT skala besar. Prosesnya akan lama karena harus masuk dalam program PLN, lalu tercantum dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL). “Kemudian butuh financing, lahan, dan investor,” kata Fabby.

Keunggulan lain PLTS Atap adalah teknologinya modular. Pelanggan rumah tangga dapat memasangnya dari kapasitas hanya 1 kilowatt peak (kwp). Angkanya bisa bertambah sesuai kebutuhan dan biaya. Tak hanya di atap, panel suryanya dapat terpasang di area tak terpakai, seperti kanopi garasi atau parkiran yang menganggur. 

Soal harga, selama tiga tahun terakhir terus turun. Fabby menyebut angkanya ketika itu di Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per kilowatt peak. “Sekarang sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per kilowatt peak,” ucapnya. Bahkan ada yang berani mematok harga lebih rendah dari itu. 

Peminat PLTS sebenarnya banyak. Dari hasil survei IESR beberapa waktu lalu di Jawa Tengah menunjukkan hampir 10% masyarakat ingin memasangnya. Di Bali, angkanya lebih tinggi di 22%. 

Mereka yang tidak tertarik memasang pembangkit tersebut mayoritas atau sekitar 56,5% beralasan karena biaya pemasangan yang mahal. Lalu, 61,3% merasa tidak butuh. Sebanyak 33,9% belum tahu tentang produk dan cara kerja PLTS. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...