Profil Stasiun Manggarai, Berusia Seabad Hingga Tuai Kritik Warga

Amelia Yesidora
24 Februari 2023, 14:56
Stasiun Manggarai, KRL Commuter Line, kereta api, KAI
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Penumpang KRL Commuter Line memadati stasiun saat transit di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (30/5).

Rencana Kementerian Perhubungan untuk menjadikan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral kian menuai polemik di masyarakat. Ramainya warga yang menggunakan stasiun transit tersebut dinilai tidak sebanding dengan kapasitas serta fasilitas pendukung bangunan. 

Mulai dari sempitnya peron, tiang besar yang menghalangi jalan, hingga eskalator yang tidak berfungsi. Semua hal itu kerap menjadi bahan kritikan masyarakat.

Terbaru, tulisan ‘I Love DJKA’ yang terpampang akhirnya dilepas, imbas dari banyaknya protes pengguna Stasiun Manggarai. DJKA adalah singkatan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Manajemen PT KAI Commuter Indonesia atau KCI berjanji akan menambah 31 pengumpan alias feeder untuk mengurai kepadatan penumpang transit di Stasiun Manggarai. Feeder ini akan beroperasi dengan 17 perjalanan pada jam sibuk pagi hingga siang, dengan trayek Manggarai-Angke/Kampung Bandan. 

“Pada jam sibuk sore hingga malam, KCI mengoperasikan 14 feeder tambahan untuk trayek Manggarai-Angke/Kampung Bandan serta Manggarai-Bekasi,” ujar Vice President Corporate Secretary PT KCI, Anne Purba, dalam keterangan tertulis, Minggu (13/2). 

Sepanjang 2022, KCI mencatat volume pengguna KRL Commuterline memang kian bertambah. Periode tertinggi jatuh pada November-Desember 2022, menyentuh lebih dari 800 ribu penumpang.

Pada hari kerja, pengguna KRL Jabodetabek diprediksi menyentuh 900 ribu orang. Angka ini berkurang menjadi 600 ribu pengguna pada hari libur, seperti dirangkum dalam Databoks berikut:

 

Di balik ramainya kritik yang mendera Stasiun Manggarai, bangunan ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Stasiun ini telah hadir sejak zaman Belanda. Bahkan dari 13 peron yang ada di Stasiun Manggarai, ada dua peron tua yang sudah berusia satu abad. 

Peron berusia seabad itu berada di jalur 1 dan 2, biasa digunakan kereta ke Cikarang, Bekasi, dan Jakarta Kota. Peron ini terbuat dari kayu dan dilengkapi saluran air dan bagian atasnya ditutupi genteng bata. 

Stasiun Manggarai Dibangun Belanda

Stasiun ini dibangun pada 1914, dipimpin oleh arsitek Belanda bernama J. Van Gendt. Setelah empat tahun pembangunan, pada 1 Mei 1918, Stasiun Manggarai diresmikan.

Laman KAI menuliskan, pembangunan stasiun kala itu masih jauh dari selesai karena tiang peron berbahan baja yang diminta Van Gendt belum terpasang. “Karena Perang Dunia I bergejolak, pasokan baja dari Eropa tidak datang, sehingga digunakan kayu jati sebagai pengganti tiang peron baja,” tulisnya. 

Pada tahun-tahun awal pendirian, Stasiun Manggarai berperan penting dalam pengiriman komoditas pertanian dan perkebunan dari Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Stasiun ini pun menjadi tempat transit angkutan pos. 

Kereta kemudian digunakan sebagai angkutan orang pada 1925, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Staatsspoorwegen alias SS selaku perusahaan kereta api kala itu. Jalur kereta listrik kala itu adalah jalur Jakarta-Tanjung Priok. SS pun melanjutkan proyek elektrifikasi hingga Stasiun Manggarai dan selesai pada 1 Mei 1927. 

Tiga tahun kemudian, jalur dikembangkan dari Tanjung Priok ke Bogor. Pada saat itu pemerintah Hindia Belanda masih membedakan tiket berdasar kelas sosial penumpangnya. Jadi, ras Cina, Eropa, dan lokal dibagi dalam kereta terpisah. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...