Sejarah Tupperware, 77 Tahun Berdiri Kini Terancam Bangkrut
Merek wadah makanan berbahan plastik Tupperware di ambang kebangkrutan. Perusahaan kesulitan keuangan lantaran biaya bunga pinjaman jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
“Tupperware sedang memasuki babak untuk membalikkan operasi. Hari ini menandai langkah penting kami untuk mengatasi posisi modal dan likuiditas,” kata CEO Tupperware Miguel Fernandez beberapa hari lalu, dilansir dari CNN Internasional.
Pada Maret 2023, perusahaan melaporkan kerugian sebesar US$ 28,4 juta sepanjang 2022. Kerugian tersebut turun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 152,2 juta. Lalu, penjualan bersih merosot 18% menjadi US$ 1,31 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Setelah kabar tersebut, saham Tupperware terpantau anjlok nyaris 50%. Investor takut setelah perusahaan menyatakan sudah menyewa penasihat keuangan untuk memperbaiki struktur modal dan kelangsungan usahanya.
Pada penutupan perdagangan 6 April 2023, sebelum pengumuman tersebut, saham TUP berada di angka US$ 2,45 atau setara Rp 36.750. Nilainya langsung anjlok 49,3% menjadi US$ 1,24 atau setara Rp 18.600 pada penutupan perdagangan 10
April. New York Stock Exchange pun memperingatkan saham Tupperware terancam dihapus karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.
Tupperware Berusia 77 Tahun
Perusahaan sempat mengalami peningkatan kinerja selama dua tahun pertama pandemi Covid-19. Harga sahamnya melonjak hingga US$ 37 atau setara Rp 555.000 karena kebijakan lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.
Tupperware yang didirikan pada 1946 sudah berada di hampir 70 negara, melalui perwakilan independen di seluruh dunia. Sayangnya, permintaan produk rumah tangga terus turun dan perusahaan tengah berjuang menarik pembeli muda di tengah persaingan baru.
Nama Tupperware berasal dari nama pendirinya, Earl Silas Tupper yang lahir pada 1907. Pada usia 21 tahun, Tupper menemukan metode pemurnian ampas biji hitam polietilen. Ini adalah bahan dasar pembuat plastik menjadi lebih fleksibel. Pada 1938, lelaki ini mendirikan Earl S Tupper Company dan mematenkan produknya bernama Poly-T.
Usai Perang Dunia II tepatnya pada 1946, barulah produk dagang Tupperware diluncurkan. Produknya adalah wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler.
Majalah TIME kala itu mengagumi Tupperware sebagai plastik yang bisa ‘bertahan atas apapun’. Meski dielukan media, ibu rumah tangga yang menjadi target pasar Tupperware justru tidak tertarik atas tren ini.
Tenar Karena Hostess Party
Seorang janda asal Detroit yang diceraikan suaminya, Brownie Wise, menjadi kunci keberhasilan wadah plastik ini. Ia kerap datang ke hostess party yang diadakan Stanley Home Products. Pesta ini kerap memamerkan barang-barang mitranya, salah satunya Tupperware.
Teknologi tutup wadah Tupperware inilah yang menarik perhatian Wise. Pengguna harus menutup Tupperware sedemikian rupa agar mengeluarkan bunyi sehingga kedap udara.
Wise kemudian mempresentasikan bagaimana isi Tupperware tidak akan tumpah setelah ditutup dan tidak rusak bila dijatuhkan ke lantai. Barulah banyak ibu rumah tangga tertarik dengan Tupperware.
Metode Wise kemudian dipakai oleh Tupperware dengan nama Tupperware Home Party. Dalam pesta inilah produk Tupperware dikenalkan dengan cara yang unik. Bahkan laman Tupperware menulis hampir 1,3 detik diselenggarakan Tupperware Home Party di salah satu sudut dunia.
Wadah plastik ini baru masuk ke Tanah Air pada 1991 dengan distributor resmi pertama bernama PT Alif Rose di Jakarta. Kini sudah ada lebih dari 79 distributor resmi di berbagai kota besar di Indonesia.