Amerika Serikat memveto resolusi gencatan senjata di Gaza pada pemutungan suara Dewan Keamanan PBB, Jumat (8/12). Padahal sebelumnya, mayoritas anggota DK PBB menyetujui gencatan senjata di Gaza dengan segera sebagai penentu bagi nasib jutaan nyawa Palestina.
Tiga belas anggota sepakat mendukung rancangan resolusi DK PBB yang diajukan oleh Uni Emirat Arab, sementara Inggris abstain.
"Kami tidak mendukung seruan gencatan senjata yang tidak dapat dipertahankan dalam resolusi ini yang hanya akan menanamkan benih untuk perang berikutnya,” ucap Duta Besar AS Deputi untuk PBB, Robert Wood seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/12).
Amerika Serikat dan Israel menentang gencatan senjata, dengan menyatakan bahwa hal itu hanya akan menguntungkan Hamas.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi warga sipil di Gaza. Pertempuran dan jumlah kematian warga
Palestina kian meningkat pada Jumat. Ia pun mengutuk kengerian kemanusiaan yang meluas di Gaza.
Guterres mendeskripsikan situasi ini berada pada titik puncak. "Keruntuhan sistem kemanusiaan Gaza dapat mengakibatkan kehancuran total ketertiban umum,” kata dia.
Ezzat El-Reshiq, anggota biro politik Hamas, mengutuk veto AS sebagai tindakan yang tidak manusiawi.
Sedangkan, Duta Besar PBB Israel Gilad Erdan mengatakan dalam sebuah pernyataannya, "Gencatan senjata akan mungkin hanya dengan kembalinya semua sandera dan penghancuran Hamas."
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 350 orang tewas pada hari Kamis, dan hingga Jumat kemarin, jumlah kematian akibat invasi Israel di Gaza mencapai 17.487 jiwa
Serangan lebih lanjut dilaporkan terjadi pada Jumat di Khan Younis di selatan, kamp Nusseirat di tengah, dan Kota Gaza di utara. Pada Jumat malam, warga melaporkan peningkatan tembakan tank Israel di utara Gaza, sementara pejabat kesehatan mengatakan setidaknya 10 orang tewas dalam serangan udara di sebuah rumah di Khan Younis.
Sejak serangan Israel dimulai, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah diusir dari rumah mereka, dan penduduk mengatakan hampir tidak mungkin untuk menemukan tempat berlindung.