Mitratel Siapkan Belanja Modal Rp 9,9 Triliun untuk Akuisisi Menara
Emiten menara telekomunikasi BUMN, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), pada tahun ini bakal mengalokasikan belanja modal atau capital expenditures (capex) senilai Rp 9,9 triliun. Belanja modal tersebut selain difokuskan untuk pengembangan menara ekisisting juga untuk mengakuisisi menara baru.
Belanja modal tersebut bersumber dari perolehan dana penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO perseroan yang berhasil meraup dana senilai Rp 18,79 triliun.
Analis Senior PT Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi mengungkapkan, dengan dana IPO tersebut, perseroan berpotensi menambah sebanyak 500 sampai dengan 700 menara baru setiap tahunnya. Tahun lalu, MTEL mengakuisisi sebanyak 8.139 menara Telkomsel dan 798 tower Telkom.
"MTEL memiliki dana besar setelah IPO puluhan triliun, itu akan dipakai untuk akuisisi. Dana tersebut cukup untuk menambah 500 sampai 700 menara baru," kata Yosua, Kamis (17/3).
Sepanjang tahun lalu, MTEL tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan tahun 2021 sebesar 11% menjadi Rp6,87 triliun, jika dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp6,18 triliun. Pertumbuhan pendapatan itu lantaran perseroan agresif mengakuisisi menara baru dan penyewaan kontrak menara dengan durasi sekitar 10 tahun.
MTEL juga berhasil meningkatkan EBITDA pada 2021 mencapai Rp5,18 triliun, meningkat 23,9% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp4,18 triliun.
Selain itu, MTEL juga melakukan banyak efisiensi, terutama dari depresiasi. Itu membuat laba bersih MTEL meningkat signifikan mendekati 130% menjadi Rp1,38 triliun, dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp602 miliar. Ini diikuti margin laba bersih MTEL yang meningkat mencapai 20,1% tahun lalu, dari sebesar 9,7% pada tahun 2020.
Dengan kinerja tersebut, Samuel Sekuritas merekomendasikan harga beli untuk saham MTEL pada harga sekarang yang diperdagangkan di kisaran Rp 790 per saham sampai dengan Rp 805 per saham.
Yosua menambahkan, konsolidasi yang dilakukan oleh Grup Telkom membuat MTEL sangat kuat. Jika dibandingkan dengan yang lain, MTEL menjadi salah satu yang terbesar, sehingga daya beli dan daya tawar MTEL cukup kuat apalagi didukung oleh Grup Telkom, di mana Telkomsel menjadi tulang punggung dari pendapatan MTEL.
“Kalau kita lihat ke depan dengan 5G yang masif, kebutuhan akan menara sangat tinggi,” tandasnya.
Corporate Secretary Mitratel, Hendra Purnama mengungkapkan, Mitratel memiliki empat strategi. Pertama, perseroan akan terus memacu pertumbuhan organik. Mitratel akan melakukan langkah agresif untuk menangkap peluang permintaan menara baru (B2S) dan colocation dari MNO melalui peningkatan kapasitas dan cakupan layanan.
Kedua, strategi M&A untuk melengkapi pertumbuhan organik. "Perseroan akan melakukan konsolidasi industri dengan memanfaatkan kekuatan neraca dan arus kas perusahaan, serta memaksimalkan sinergi Telkom Group," kata Hendra.
Ketiga, ekspansi ke layanan baru. Perseroan akan mengembangkan portofolio layanan infrastruktur digital yang lengkap untuk mendukung pengembangan infrastruktur penting dari MNO seperti Fiber, Edge infra solution, power-to-tower dan digital services (seperti IoT).
Keempat, meningkatkan efisiensi operasional. Perseroan akan mengimplementasikan inisiasi efisiensi biaya di berbagai area, seperti biaya operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan profitabilitas dan arus kas. Perseroan juga akan melakukan transformasi digital operasional dengan meningkatkan operational business process melalui integrasi sistem IT.