Cegah Kasus Mitratel Terulang, IPO BUMN Diusulkan Pakai Opsi Greenshoe

Andi M. Arief
3 Desember 2021, 15:36
BUMN
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi gedung BUMN, jakarata Pusat (09/08).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengajukan mekanisme opsi lelang tambahan atau greenshoe option saat penawaran umum saham perdana ke publik (IPO) di masa depan. Usulan ini untuk menghindari terulangnya kasus anjloknya harga saham PT Dayamitra Teknologi Tbk (Mitratel) saat baru masuk bursa saham pada pekan lalu.

Wakil Menteri II Kementerian BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan skema greenshoe telah menjadi hal umum dalam pelaksanaan IPO di luar negeri. Hal ini penting lantaran BUMN tidak dapat melakukan market making atau penyediaan likuiditas saat IPO. 

"Kami lagi usulkan supaya IPO-IPO (BUMN) ke depan ada porsi green shoe supaya (perseroan) bisa beli di hari pertama dan kedua. Ke depan, IPO-IPO BUMN ada grenshoe-nya," kata Kartika dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (2/12).

Sebagai informasi, greenshoe merupakan hak bagi pelaksana penjamin emisi atau underwriter sebuah emiten untuk menambah jumlah saham yang dilepas ke publik. Adapun, emiten tidak menambah saham baru, melainkan mengalokasikan saham untuk melakukan manuver greenshoe.

Umumnya, jumlah saham greenshoe tidak boleh melebihi 15% dari jumlah saham utama yang akan dilepas. Tujuan utama dari manuver greenshoe adalah menstabilkan harga saham karena posisi overbought maupun oversell.

Pria yang akrab disapa Tiko ini menjelaskan kasus yang menimpa saham Mitratel. Menurut dia, rentang harga saham IPO Mitratel cukup besar mengingat valuasi perusahaan juga besar. Penurunan harga Mitratel saat ini  akibat dua faktor, yakni momentum dan ada pengelola investasi global yang melepas saham Mitratel.

Berdasarkan data RTI Infokom, investor asing telah jual bersih senilai Rp 450 miliar secara tahun berjalan. Secara rinci, dana asing keluar bersih dari pasar regular senilai Rp 567 miliar, sedangkan dana asing yang masuk bersih di pasar negosiasi dan tunai mencapai Rp 116 miliar.

Harga saham emiten menara telekomunikasi berkode MTEL ini dibuka naik ke level Rp 850 per saham pada hari pertama IPO, Senin (22/11). Namun, harga kemudian merosot hingga 2,5% atau 20 poin ke level 780 pada perdagangan pukul 10.25 WIB.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...