Adaro Sepakat Bagi Dividen Rp 9,4 Triliun, 70% dari Laba 2021
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyetujui pembagian dividen tunai tahun buku 2021 sebesar US$ 300 juta atau sekitar Rp 9,40 triliun. Besaran itu setara 70% laba perseroan sepanjang 2021 yang mencapai US$ 933,49 juta atau Rp 13,50 triliun. Hal ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang digelar kemarin (27/4).
Adapun, pembagian dividen ini telah termasuk dividen interim sebesar US$ 350 juta yang telah dibayarkan pada Januari 2022 lalu. Dalam RUPST, para pemegang saham juga menyetujui sisa laba bersih sebesar US$ 283 juta atau sekitar Rp 4,09 triliun sebagai laba ditahan.
Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir mengatakan bahwa, industri batu bara menutup tahun 2021 dengan sangat baik. Adanya pemulihan ekonomi global turut mendorong permintaan listrik, demikian juga permintaan terhadap batu bara.
Ia menyebut, melalui fokus yang konsisten pada keunggulan operasional dan pengendalian biaya, perseroan berhasil melampaui panduan dan mempertahankan margin yang sehat.
"Memberikan pengembalian kepada para pemegang saham merupakan salah satu komitmen kami. Saat ini, kami akan memenuhi komitmen tersebut dengan membagikan dividen tunai reguler sebesar US$ 650 juta untuk tahun 2021," kata pria yang akrab disapa Boy Thohir ini dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Kamis (28/4).
Tahun lalu, ADRO berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 933,49 juta pada 2021 atau naik 535% dari sebelumnya sebesar US$ 146,92 juta atau sekitar Rp 2,12 triliun.
ADRO juga membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 3.993 juta (Rp 57,78 triliun) pada tahun 2021, atau naik 58% dari tahun 2020 yang sebesar US$ 2.535 juta (Rp 36,68 triliun). Adapun, kenaikan pendapatan ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 70% yang disebabkan oleh tingginya harga batu bara.
Dari sisi produksi, tahun lalu perseroan mencatatkan produksi sekitar 52,70 juta ton batu bara, atau turun 3% secara tahunan dan mencatat penjualan batu bara sebesar 51,58 juta ton, atau turun 5% secara tahunan. ADRO juga mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 218,90 Mbcm pada tahun 2021, atau naik 4% secara tahunan, sehingga nisbah kupas tahun ini tercatat 4,15 kali. Selain itu, kondisi cuaca buruk di sepanjang tahun turut mempengaruhi kegiatan pengupasan lapisan penutup.
Di samping itu, beban pokok pendapatan perseroan naik 14% secara tahunan menjadi US$ 2.223 juta (Rp 32,16 triliun), terutama karena kenaikan nisbah kupas dan biaya penambangan akibat kenaikan harga bahan bakar dan pembayaran royalti karena kenaikan harga jual rata-rata.
Hingga Desember 2021, total aset perseroan tercatat sebesar US$ 7.587 juta (Rp 109,79 triliun) atau naik 19% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 6.382 juta. Dengan rincian, aset lancar tercatat sebesar US$ 2.838 juta (Rp 41,06 triliun), sementara aset tidak lancar mencapai US$ 4.749 juta (Rp 68,72 triliun). ADRO juga mencatat saldo kas yang sehat sebesar US$ 1.811 juta (Rp 26,20 triliun) pada akhir 2021.