BI: Depresiasi Rupiah Lebih Baik Dibanding Korea Selatan dan Filipina
Bank Indonesia berkomitmen memastikan untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi gejolak global. BI juga menyampaikan, depresiasi Rupiah saat ini masih relatif lebih baik dibandingkan mata uang lainnya.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar lebih dipengaruhi oleh faktor yang kedua yaitu faktor fundamental. Adapun, nilai tukar Rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65% year to date dibandingkan dengan level akhir 2021.
Kendati demikian, depresiasi nilai tukar Rupiah, kata Perry relatif lebih baik dibandingkan melemahnya kurs mata uang di kawasan, seperti won Korea Selatan yang turun 10,30% year to date dan peso Filipina anjlok 11,10% year to date.
"Seluruh indikator faktor fundamental indonesia ini mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Pertama, pertumbuhan ekonomi kita 5,7%, termasuk ini yang tertinggi di dunia jika dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (17/11).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tertinggi apalagi dengan kondisi Inggris yang mengalami inflasi 10% dan Amerika lebih dari 8%. Selain itu, kondisi neraca pembayaran di mana transaksi berjalan di Indonesia disebut surplus. Lalu imbal hasil SBN Indonesia dibandingkan dengan US Treasury tetap menarik. Poin-poin ini, menurut Perry dapat mendukung fundamental rupiah yang menguat.