Tren Pelemahan Saham GOTO Usai Tekan Kerugian, Apa Penyebabnya?
Saham emiten teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), terus melanjutkan tren koreksi usai mengumumkan penurunan kerugian pada kuartal kedua tahun ini.
Sehari setelah mengumumkan kinerjanya, pada Rabu (16/8), saham GOTO tertekan 4,12% ke posisi Rp 93 per unit. Kemudian, pada Jumat pekan lalu (18/8), saham GOTO juga turun 1,08% ke level Rp 92 per saham. Sedangkan, hari ini, sahamnya juga melemah 4,35% ke posisi Rp 88 per unit.
Kinerja GOTO yang melemah hari ini senada dengan saham-saham yang berada di sektor teknologi atau IDXTechno yang terkoreksi 0,28%.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, berpendapat, tren penurunan harga saham GOTO juga disebabkan karena sejumlah faktor, salah satunya dari kinerja GOTO di kuartal kedua tahun ini.
Pada enam bulan pertama ini, GOTO mencatat penurunan kerugian 48% menjadi Rp7,16 triliun, dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 13,65 triliun. Khusus untuk kuartal II-2023, rugi bersih turun 56% menjadi jadi Rp3,31 triliun.
"Memang walaupun di kuartal ada penurunan kerugian, penurunan ini memang karena kekhawatiran investor terkait kinerja GOTO masih belum menjukkan profitabilitas dari sisi bottom line," kata Nafan, saat dihubungi Katadata, Senin (21/8).
Sedangkan, dari faktor gobal, kebijakan agresif bank sentral terkait kebijakan suku bunga tinggi akan menjadi pemberat bagi saham emiten teknologi seperti GOTO.
Nafan memperkirakan, saham GOTO bisa mencapai level batas bawah atau support di level Rp 81 per unit dan level batas atas atau resistance Rp 151 per saham untuk target jangka panjang. "Investor tetap harus hati-hati berinvestasi di saham GOTO," ujarnya.
Proyeksi Saham GOTO
Analis Morgan Stanley Divya Gangahar Kothiyal dan Pooja Bhatia, dalam publikasi risetnya menilai, secara kuartalan, penurunan kerugian GOTO melampuai konsensus Bloomberg di Rp 3,7 triliun dan estimasi Morgan Stanley di Rp 3,5 triliun.
Penurunan rugi bersih itu terjadi seiring dengan pendapatan bersih yang naik 102,35% menjadi Rp 6,88 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 3,40 triliun.
GOTO juga berhasil menurunkan beban penjualan dan pemasaran hingga 48% menjadi Rp 3,30 triliun, dari sebelumnya Rp 6,35 triliun. Beban umum dan administrasi juga turun 49% menjadi Rp2,93 triliun, dari Rp5,76 triliun. Beban pengembangan produk juga berkurang 15% menjadi Rp1,82 triliun dari sebelumnya Rp2,13 triliun.
Pencapaian ini membuat EBITDA yang disesuaikan GOTO pada periode 6 bulan pertama tahun ini juga membaik 69% menjadi minus Rp 2,81 triliun, dari periode yang sama tahun lalu minus Rp 9,18 triliun.
Induk Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial ini juga mencatat perbaikan EBITDA yang disesuaikan sebesar 72% menjadi minus Rp1,2 triliun secara kuartalan dari sebelumnya minus Rp4,32 triliun, didorong oleh peningkatan monetisasi dan optimalisasi insentif berkelanjutan.
Oleh karena itu, manajemen GOTO menetapkan pedoman baru mengenai target EBITDA yang disesuaikan sepanjang tahun 2023 di kisaran minus Rp 3,8 triliun sampai Rp 4,5 triliun. Nilai ini direvisi dari target sebelumnya minus sebesar Rp 4,6 triliun sampai dengan Rp 5,3 triliun.
Morgan Stanley menyatakan ada 4 yang bisa mendongkrak kinerja saham GOTO. Pertama, peningkatan dalam persaingan yang memungkinkan GoTo mencapai ke titik impas EBITDA lebih cepat dari harapan. Kedua, pengurangan biaya yang signifikan, rasionalisasi operasi di pasar non-Indonesia, dan peningkatan dari segmen bisnis fintech. Morgan Stanley mempertahankan rating equal-weight untuk GOTO dengan target harga Rp 131 setiap unitnya.
Sementara itu, Analis Citi Research, Ferry Wong dan Ruan Davis menyatakan kinerja GOTO masih sejalan dengan proyeksi Citi sebelumnya. Citi mengharapkan GOTO bisa bisa menyeimbangkan produk baru serta biaya untuk mendorong pertumbuhan di kuartal ketiga tahun ini.
"Peningkatan kontribusi margin dan adjusted EBITDA, sementara biaya lain GoTo juga menurun dan menghasilkan angka yang lebih baik dari yang diharapkan di bottom line dibandingkan proyeksi kami dan ekspektasi konsensus," tulis riset Citi.
Pada kinerja semester II-2023 GOTO fokus pada pada efisiensi biaya, percepatan jalan menuju profitabilitas, keluar dari beberapa bisnis non-inti, dan meningkatkan total addressable market (TAM) dengan membangun value proposition yang relevan untuk semua jenis konsumen. Perusahaan mempertahankan rekomendasi beli untuk saham GOTO dengan target harga Rp 195.