Australia & New Zealand Banking Group Ltd (ANZ) dikabarkan memproses kembali penawaran 38,8% sahamnya di PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN). Perjalanan panjang yang dimulai sejak 2013 tersebut adalah bagian dari strategi perseroan merampingkan bisnis demi mematuhi kebijakan perbankan yang lebih ketat di negara asalnya. Dengan bantuan Morgan Stanley, ANZ mencari investor strategis maupun private equity yang tertarik mengambil alih kepemilikan sahamnya di bank tersebut.

Menurut laporan Bloomberg, ada beberapa calon investor potensial, antara lain dua bank asal Jepang Mizuho Financial Group Inc dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. Valuasi 38,8% saham ANZ di Bank Panin diperkirakan mencapai US$ 578 juta atau sekitar Rp 8,38 triliun.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga sempat disebut-sebut sebagai salah satu calon investor yang berminat masuk ke Bank Panin. Harga saham emiten berkode PNBN ini melonjak 4,12% ketika rumor minat BCA terhadap bank swasta ini beredar pada 3 September lalu. Harga saham PNBN kembali melejit 8,24% pada 19 September 2018 ketika kabar penunjukan Morgan Stanley sebagai penasihat divestasi Bank Panin mengemuka.

Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo mengatakan, perseroan tidak mengetahui rumor panas yang beredar di media massa. "Pemberitaan yang dimuat media bukan berasal dari manajemen bank kami sehingga tidak dapat kami konfirmasikan kebenaran atau ketidakbenaran sebagian maupun seluruh informasi tersebut," kata Herwidayatmo dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia juga menyebutkan, rencana pelepasan saham perseroan oleh ANZ belum disampaikan kepada manajemen.

ANZ sejak 2013 telah mengungkapkan rencana divestasi sahamnya di Bank Panin untuk memenuhi ketentuan Single Presence Policy (SPP) dari Bank Indonesia (BI). Seperti diketahui, ANZ juga memiliki 99% saham PT Bank ANZ Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut, pemegang saham mayoritas harus mengonsolidasikan bank-bank yang berada di bawah kepemilikannya atau membentuk perusahaan induk (holding company). Pada saat itu, ANZ hanya berniat melepas 14% kepemilikan sahamnya di Bank Panin.

Namun, perkembangan regulasi perbankan dari Reserve Bank of Australia (RBA) menyebabkan perseroan harus terus meningkatkan pencadangan dan menambah modal entitas anak usahanya di luar negeri. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi ANZ yang hanya menjadi pemegang saham minoritas di Bank Panin. Bank dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di Australia ini melepas aset-aset bisnis non-inti untuk lebih fokus menjalankan bisnisnya di Australia dan Selandia Baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement