BMKG Ingatkan Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di 17 Provinsi

Tia Dwitiani Komalasari
30 Mei 2022, 10:45
Nelayan memeriksa jaring di perahu yang ditambatkan di Dermaga I Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten, Kamis (26/5/2022). Sebagian besar nelayan setempat, kecuali pencari ikan di bibir pantai, tidak melaut terkait adanya peringat
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.
Nelayan memeriksa jaring di perahu yang ditambatkan di Dermaga I Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten, Kamis (26/5/2022). Sebagian besar nelayan setempat, kecuali pencari ikan di bibir pantai, tidak melaut terkait adanya peringatan ancaman gelombang tinggi 4-6 meter dan angin kencang yang dikeluarkan pihak BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) hingga tanggal 1 Juni mendatang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk waspada akan potensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di beberapa provinsi pada Senin (30/5). Terdapat 17 provinsi yang berpotensi mengalami huaj lebat, petir, dan angin kencamg tersebut.

Dalam sistem peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Daerah tersebut adalah  Aceh, Baten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Selatan.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mendorong komunitas internasional untuk bergotong-royong membangun Multihazard Early Warning System, atau sistem peringatan dini multibencana yang andal untuk menghadapi berbagai bencana alam dan perubahan iklim.

 "Gotong-royong menjadi sebuah pilihan terbaik di tengah situasi global yang tidak menentu akibat pandemi COVID-19, sebab kesenjangan antar negara semakin menonjol, di mana masyarakat global dan pemerintah kewalahan dengan krisis ekonomi global dan nasional," ujar Dwikorita.

Saat membuka acara Third Multi-Hazard Early Warning Conference (MHEWC-III) yang digelar di Bali, Dwikorita mengatakan ketahanan sosial ekonomi menjadi tantangan utama bagi banyak negara.

Dwikorita menyatakan tantangan tersebut semakin berat dan kompleks seiring dampak perubahan iklim yang juga semakin nyata. Selain itu, dinamika lempeng tektonik planet bumi yang menunjukkan tren peningkatan keaktifan.

 Akibat perubahan iklim, peristiwa ekstrem semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.

"Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sendiri memproyeksikan bumi akan mengalami pemanasan jangka pendek hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri lima tahun ke depan atau tahun 2026. Proyeksi tersebut memiliki peluang mencapai 50 persen," ujar dia.

Sebelumnya, cuaca di sebagian wilayah Indonesia terasa lebih panas pada awal Mei 2022 dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini sempat memunculkan spekulasi bahwa sedang terjadi gelombang panas (heatwave) di Indonesia.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa fenomena tersebut bukan gelombang panas, melainkan hanya pertanda datangnya musim kemarau di sebagian wilayah.


Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...