Penumpang Kereta Api Meningkat Setelah Kenaikan Harga BBM
Jumlah pelanggan kereta api jarak jauh meningkat pasca pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite maupun Solar sejak Sabtu (3/9). Peningkatan tersebut menandakan masyarakat memilih untuk beralih ke transportasi umum.
PT Kereta Api Indonesia telah melayani 593.471 pelanggan atau rata-rata 84.782 pelanggan per hari pada periode 4-10 September 2022. Angka tersebut naik 3% dibanding pekan sebelumnya yaitu sebanyak 573.176 pelanggan atau rata-rata 81.882 pelanggan per hari.
“Kereta api memiliki peran yang besar dalam melestarikan lingkungan dan menyediakan mobilitas bagi masyarakat. KAI bersama-sama seluruh stakeholder akan terus mengembangkan layanan kereta api agar kereta api semakin maju dan dapat memberikan nilai lebih secara berkelanjutan," ujar Vice President Public Relations PT KAI, Joni Martinus, dalam keterangan tertulis, Rabu (14/9)
Menurut Joni, masyarakat menilai penggunakan transportasi umum khususnya kereta api, jauh lebih unggul dan efisien dibandingkan kendaraan pribadi. Keunggulan tersebut baik dalam penggunaan ruang maupun energi.
Efisiensi kereta api juga dapat dilihat dari kapasitas angkut yang besar. Dalam sekali jalan, satu rangkaian kereta api jarak jauh terdiri dari 8 hingga 14 kereta penumpang dengan kapasitas hingga 1.120 tempat duduk. Jika dibandingkan dengan mobil pribadi berkapasitas 7 orang atau motor berkapasitas 2 orang, maka satu perjalanan kereta api dapat menggantikan 160 mobil atau 560 motor.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan juga menilai bahwa emisi yang dihasilkan kereta api jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mobil atau pesawat. Buktinya dalam 200 mil perjalanan, emisi yang dihasilkan mobil atau pesawat lima kali lipat jika dibandingkan dengan kereta api.
Dikutip dari siaran pers KAI, berdasarkan penelitian dari Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris via Our World in Data, emisi setara CO2 per penumpang per km pada kereta adalah 41 gram, sepeda motor 103 gram, dan mobil 192 gram. Sehingga perjalanan kereta dengan 1.120 penumpang hanya menghasilkan 45.920 gram CO2 per km, jauh lebih rendah dibanding motor sebanyak 115.360 gram CO2 dan mobil sebanyak 215.040 gram CO2.
Masyarakat juga dapat terus memanfaatkan kereta yang sudah disediakan oleh KAI, seperti kereta ramah lingkungan dengan menggunakan sumber energi listrik yang bebas emisi yakni KRL Jabodetabek, KRL Yogyakarta-Solo, KA Bandara Soekarno-Hatta, serta LRT Sumatera Selatan. Ke depan juga akan hadir kereta berenergi listrik pada LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Adanya KRL tentu sangat membantu masyarakat di tengah kenaikan harga BBM saat ini. Pasalnya, dalam sekali perjalanan KRL terdiri dari 8 hingga 12 kereta dengan kapasitas maksimal 3.000 pelanggan sebelum pandemi. Sehingga jumlah 1 rangkaian KRL ini mampu menggantikan penggunaan 428 mobil pribadi dan 1.500 motor.
Joni mengatakan, KAI berkomitmen memberikan manfaat yang maksimal melalui layanan kereta api, baik manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pelanggan berupa layanan yang aman, nyaman, dan tepat waktu maupun manfaat tidak langsung bagi masyarakat berupa peningkatan kualitas udara dan berkurangnya beban jalan raya.
“Angkutan kereta api baik untuk perjalanan jarak jauh ataupun commuter hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat. Dengan beralihnya pengguna kendaraan pribadi ke kereta api, maka akan dapat mengurangi angka kecelakaan, kemacetan, emisi gas buang kendaraan serta mengefisienkan waktu dan tenaga,” ujar Joni.
PT KAI terus memperbaiki layanannya, termasuk performa ketepatan waktu (on time performance). Peningkatan ketepatan waktu ini terlihat dalam tiga tahun terakhir sejak 2019 hingga data terakhir pada 2021.
Pada 2019, performa ketepatan waktu KAI tercatat hanya sebesar 67%. Performa ini meningkat menjadi 78% pada 2020. Pada 2021, performa ketepatan waktu mencapai 91%. Sayangnya, performa ini turun sedikit menjadi 89% dalam 6 bulan pertama 2022.