Tiga Kontroversi Mixue, Ekspansi Masif hingga Belum Sertifikasi Halal
Gerai Mixue Ice Cream & Tea telah dibuka secara masif di berbagai sudut kota besar di Indonesia. Merek es krim asal Cina ini didirikan oleh Zhang Hongchao sejak 1997.
Zhang Hongchao masih kuliah di tahun keempat saat memulai usaha Mixue tersebut. Selain kuliah, dia juga bekerja sambilan di toko es serut selama musim panas.
Dalam pekerjaan paruh waktunya, dia menemukan peluang dan memiliki ide untuk memulai bisnisnya sendiri. Ketika nenek Zhang Hongchao mengetahui hal ini, dia mengeluarkan tabungan hidupnya sebesar 4.000 Renminbi (RMB) atau sekitar Rp 9 juta untuk mendukung bisnis cucunya.
Bisnis inilah yang menjadi pendahulu dari Mixue.
Berikut tiga kontroversi Mixue yang menarik perhatian warga Indonesia:
1. Masif Buka Gerai
Dikutip dari pandayoo.com, merek es krim asal Cina itu kini telah memiliki lebih dari 21.000 toko di berbagai negara. Sebanyak 20.000 di antaranya berada di Cina.
Pada 2018, Mixue membuka gerai luar negeri pertamnya di Hanoi, Vietnam. Di Indonesia, gerai Mixue Ice Cream & Tea pertama berdiri di pusat perbelanjaan Cihampelas Walk di Bandung, Jawa Barat, pada 2020.
Mixue menjadi buah bibir karena pembukannya gerainya yang masif di Indonesia. Mixue menggunakan model bisnis waralaba dan masih gencar menawarkan pembukaan gerai kepada para investor.
Berdasarkan halaman Instagramnya, perusahaan asal Tiongkok ini membuka peluang kepada investor untuk membuka gerai di Padang, Pangkal Pinang, Binjai, Deli Serdang, Kampar, dan Bengkalis di Sumatra.
2. Harga Murah
Mixue Ice Cream & Tea masuk ke Indonesia ketika sebagian besar masyarakat sedang mengurangi pengeluaran tersier seperti es krim. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Jakarta Pusat misalnya, pengeluaran untuk es krim turun 0,6% ke Rp5.811,84 per kapita per minggu pada 2020 dari tahun sebelumnya.
Namun, Mixue Ice Cream & Tea berhasil melakukan ekspansi karena harga produk-produknya yang terjangkau, terutama untuk para konsumen di Indonesia. Namun harga murah tersebut tetap dibarengi dengan rasa enak dna kemasan yang layak.
Harga produk-produknya berkisar antara Rp8.000 dan Rp22.000. Konsumen bisa memperoleh es krim yang disebut Boba Sundae hanya Rp16.000.
Salah satu rahasia Mixue bisa menekan harga adalah karena dia menguasai rantai pasok sendiri dari hulu ke hilir. Rantai pasok ini dikelola oleh anak-anak perusahaannya.
Selain rantai pasok, Mixue juga menguasai logistiknya sendiri. Mixue menjadi waralaba pertama yang menyediakan logistik gratis di Cina.
3. Belum Punya Sertifikat Halal
Masifnya pembukaan gerai Mixue membuatnya menjadi salah satu topik hangat yang menjadi perbincangan warganet. Salah satu isu yang muncul adalah sertifikat halal yang belum dimiliki oleh Mixue.
Melalui akun Instagram resminya, manajemen Mixue mengakui bahwa produknya belum memiliki sertifikat halal. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa Mixue tidak halal.
"Perlu menjadi catatan bahwa belum memiliki sertifikat halal, tidak sama dengan tidak halal," tulis manajemen.
Manajemen pun menjelaskan kenapa Mixue belum mendapatkan sertfikat halal. Hal itu karena 90% bahan baku didatangkan langsung dari Cina.
Manajemen sudah mengurus sertifikat halal sejak awal 2021 kepada lembaga berwenang di Cina yaitu Shanghai Al-Amin. Namun lockdown yang terjadi di negara tersebut menghambat proses sertifikasi di Cina.
Namun demikian, manajemen berupaya untuk menyelesaikan proses sertifikasi tersebut. Mixue juga menegaskan bahwa produknya sudah lolos BPOm dan mendapatkan keterangan impor.