Pemerintah Raup Rp 46 T dari Surat Utang Global Pertama Tahun Ini
Pemerintah meraup US$ 3 miliar atau Rp 46,8 triliun dari penerbitan surat utang global alias global bond pertama pemerintah tahun ini. Penerbitan dengan format SEC-Registered itu disebut menjadi yang pertama di antara negara emerging market Asia lainnya.
"Transaksi ini mencerminkan optimisme Pemerintah masuk di pasar global sebagai negara berkembang pertama di Asia yang menerbitkan global bond pada tahun 2023 dan menandakan keberhasilan Pemerintah menerbitkan global bond dengan format SEC untuk ketiga belas kalinya sejak tahun 2018," dikutip dari keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Kamis (5/1).
Pemerintah menerbitkan tiga seri SUN masing-masing bertenor 5, 10 dan 30 tahun dengan rincian sebagai berikut,
- RI0128A, tenor lima tahun, kupon 4,55% dan yield 4,8%
- RI0133, tenor 10 tahun, kupon 4,85% dan yield 5,1%
- RI0153, tenor 30 tahun, kupon 5,65% dan yield 5,75%
Nominal yang diterbitkan masing-masing secara berurutan dari tenor terpendek yakni US$ 1 miliar, US$ 1,25 miliar dan US$ 750 juta. Proses pricing dilakukan kemarin dan tanggal setelmen atau penerbitan pada 11 Januari.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyatakan bahwa sambutan investor global sangat positif pada penerbitan global bond pertama pemerintah tahun ini dengan order book alias penawaran sepanjang proses bookbuilding sempat mencapai US$ 17 miliar, kemudian penawaran bergerak ke leve US$ 14,4 miliar pada sesi penetapan harga akhir. Dengan demikian bod to cover ratio alias jumlah penawaran yang masuk 4,8 kali dari total yang dimenangkan.
"Angka tersebut merupakan bid to cover ratio tertinggi dalam lima tahun terakhir. Orderbook ini menunjukan minat investor yang sangat besar dan berasal dari beragam investor yang berkualitas," kata DJPPR.
Selain itu, pemerintah juga mengklaim telah berhasil menekan harga atau price tightening di ketiga seri yang diterbitkan. Tingkat imbal hasil alias yield untuk tenor lima tahun sebesar 4,80% atau turun 35 bps dari Initial Price Guidance (IPG) 5,15% area. Yield tenor 10 tahun sebesar 5,10% atau turun 40 bps dari IPG 5,50% area, dan untuk tenor 30 tahun sebesar 5,75% atau turun 40 bps dari IPG 6,15% area.
Melemahnya nilai tukar rupiah dan terkoreksinya harga saham di bursa dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi ambil untung di pasar surat utang pemerintah.
Berdasarkan laman Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Indeks Obligasi Komposit (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) ditutup di level 344,6642 pada perdagangan Rabu, 04 Januari 2023. Angka tersebut naik 0,09 poin (0,03%) dari penutupan sehari sebelumnya yang berada di level 344,5732.