Ramalan Optimistis Ekonomi Dunia Bakal Pulih Lebih Cepat
Proyeksi optimistis mengenai pemulihan ekonomi datang dari para ekonom perusahaan perbankan dan investasi Morgan Stanley. Ekonom perusahaan itu memperkirakan ekonomi global akan pulih ke tingkat pra-pandemi pada awal kuartal IV nanti atau tiga bulan lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
“Bukti menunjukkan bahwa persamaan virus atau ekonomi telah bergeser secara meyakinkan dari hari-hari di awal wabah,” kata ekonom Morgan Stanley dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip dari Reuters, Selasa (8/9).
Proyeksi yang optimistis ini didukung semakin banyak negara yang menjadi lebih baik dalam mengatasi virus corona. Morgan Stanley memproyeksikan AS yang saat ini memiliki kasus corona terbanyak di dunia yakni mencapai 6,4 juta orang, ekonominya akan dapat mencapai level sebelum Covid-19 pada kuartal kedua tahun depan. Sementara seluruh pasar negara maju dapat mencapai level itu pada kuartal ketiga tahun depan.
Ekonomi global juga diperkirakan membaik seiring dukungan fiskal dan moneter. Prospek pemulihan kemungkinan akan disertai dengan inflasi yang meningkat.
Saat ini puluhan negara sudah jatuh mengalami resesi seperti AS, Inggris, Singapura, Malaysia, Filipina dan Jepang. Resesi akibat Covid-19 ini merupakan yang terdalam sejak resesi saat perang dunia kedua pada tahun 1945-1946.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan produk domestik bruto per-kapita yang sebesar -6,2%. Angka ini dua kali lebih dalam dari resesi yang terjadi pada 2009 sebesar -2,9%. Berikut grafik dalam databoks:
Sebelumnya Dana Moneter Internasional atau IMF membuat ramalan pesimistis pada akhir Juni lalu dengan memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi hingga 4,9%. Ramalan ini lebih buruk dibandingkan ramalan April yang minus 3%.
"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang lebih negatif terhadap aktivitas ekonomi pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan, dan pemulihan diproyeksikan lebih bertahap dari perkiraan sebelumnya," ujar IMF dalam Outlook Ekonomi Global dikutip Kamis (25/6).
IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan menjadi 5,4% dibandingkan proyeksi mereka pada April lalu. Kontraksi ekonomi yang dalam terutama akan dialami oleh negara-negara maju yang diperkirakan negatif 8%. Ekonomi negara-negara Eropa diperkirakan negatif hingga 10,2% dan Amerika Serikat minus hingga 8%.
Sementara tahun depan, ekonomi negara-negara maju akan pulih dan tumbuh 4,8%. Ekonomi AS diprediksi tumbuh 4,5%, sedangkan negara-negara Eropa tumbuh 6%.
Negara-negara ekonomi berkembang dan emerging market juga diperkirakan akan mengalami kontraksi ekonomi pada tahun ini meski lebih baik dibandingkan negara maju, yakni minus 3%. Ekonomi Tiongkok diperkirakan masih tumbuh 1%, sementara India minus 4,5% dan ASEAN-5 minus 25.
Proyeksi dasar prediksi IMF dibuat dengan asumsi pembatasan sosial yang masih akan diterapkan oleh banyak negara selama paruh kedua tahun ini yang membuat produktivitas dan rantai pasional dapat terganggu.
IMF mengingatkan prediksi ini masih diliputi ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ekonomi global akan bergantung oleh lama pandemi, upaya jaga jarak sosial, perubahan rantai pasokan global, dan dinamika pasar tenaga kerja baru.