Kadin Optimistis Sektor Pangan Terus Tumbuh Meski Ekonomi RI Resesi
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis bahwa sektor pangan bakal terus tumbuh meski ekonomi Indonesia terkontraksi di kuartal kedua dan ketiga tahun ini. Alasannya, permintaan sektor pangan terus meningkat di dalam maupun luar negeri.
Akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan domestik bruto (PDB) RI pada kuartal kedua dan ketiga masing-masing minus 5,32% dan minus 3,49%. Salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik di situasi pandemi ini adalah dengan meningkatkan pertumbuhan sektor pangan.
Ketua Umum Kadin Rosan P. Roeslani menilai pembangunan ekonomi akan berkelanjutan apabila didukung oleh ketersediaan pangan yang dinilai potensial bertumbuh ke depannya. Ia menjelaskan, pada kuartal kedua dan ketiga 2020 subsektor tanaman pangan tumbuh masing-masing 9,23% dan 7,14%.
"Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi selama tiga tahun terakhir," kata Rosan dalam acara Jakarta Food Security Summit (JFSS) yang ke-5 yang diselenggarakan Kadin bekerja sama dengan Katadata, Rabu (18/11).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada kuartal kedua dan ketiga 2020 tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 yakni masing-masing sebesar 2,19% dan 2,15%.
Pertumbuhan positif tersebut terutama ditopang oleh pertanian. Sedangkan subsektor perkebunan seperti sawit, tanaman kopi, coklat, kelapa, kakao dan produk turunan lainnya tetap tumbuh positif meski angkanya kecil.
Ia menilai dengan pertumbuhan sektor pangan yang terus meningkat dapat menjadi modal penting dalam perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat maupun 2021 mendatang. "Sektor (pangan) ini punya potensi besar untuk tumbuh, karena itu pertumbuhan sektor ini perlu diprioritaskan di masa mendatang," kata Rosan.
Rosan melanjutkan, tiga sektor agroindustri tanaman pangan termasuk peternakan dan perikanan juga dapat dikelola secara terintegrasi mulai dari hulu, on farm, sampai ke hilir. Menurut dia, hal ini juga dapat memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi nasional terutama dalam penyediaan pangan sebagai negara agrasris dan maritim.
Ia pun optimistis pertumbuhan di sektor pangan dapat diandalkan untuk mengurangi jumlah pengangguran terbuka, mensejahterakan masyarakat, dan mengentaskan kemiskinan. Sebab, kontraksi pertumbuhan ekonomi nasional meningkatkan pengangguran terbuka dari 5,32% pada Agustus 2019 menjadi 7,07% pada Agustus 2020.
Adapun sektor pertanian dalam arti luas termasuk pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, merupakan sumber pendapatan sekaligus sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. “Karena peran sektor pertanian sebagai lapangan kerja masih tetap dominan,” ujar Rosan.
Ia mengatakan, pemerintah juga perlu mendorong ketahanan pangan nasional lewat berbagai kebijakan yang konsisten terutama di masa pandemi Covid-19. Salah satunya, KADIN mengajukan konsep inclusive closed loop yakni skema untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan.
Dalam skema ini, petani tak hanya terhubung dengan pemerintah, namun dengan lembaga keuangan, perusahaan, hingga ritel. Tujuannya adalah sinergi seluruh mata rantai pertanian agar menciptakan efisiensi dan peningkatan kualitas komoditas.
“Konsep ini telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas pangan dan kesejahteraan petani kelapa sawit dan cabe. Kami berharap agar konsep ini dapat diterapkan untuk komoditas pangan lainnya,” ujar Rosan.
Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah siap mendukung program inisiatif Kamar Dagang dan Industri (KADIN) untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja sektor pangan nasional dalam bentuk model kemitraan inclusive closed loop.
Jokowi menunggu komitmen Kadin untuk mendampingi 2 juta petani swadaya pada 2023 yang dilibatkan dalam program dengan skema inclusive closed loop tersebut. Jokowi optimistis Kadin dapat mewujudkannya karena lembaga tersebut telah berhasil mendampingi 1 juta petani swadaya pada awal tahun ini.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja menyatakan siap melaksanakan arahan untuk meningkatkan pendampingan terhadap 2 juta petani.
Franky mengatakan, saat membuka JFSS ketiga pada 2015 lalu Presiden Jokowi memberi target kepada KADIN untuk memberi pendampingan kepada satu juta petani dari sebelumnya 200 ribuan petani.
KADIN bersama dengan Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil mewujudkan target tersebut pada awal 2020. Para petani yang mendapatkan pendampingan tersebar di seluruh Indonesia dan telah mampu meningkatkan produktivitas sekitar 70% dan pendapatan sekitar 50%-200%. “KADIN bersama PISAgro, bertekad untuk meningkatkan pendampingan menjadi dua juta petani," kata dia.
Dia menyatakan pendampingan bisa berhasil karena skema inclusive closed loop dimulai dari pelatihan, akses pada bibit unggul, pemberian pupuk yang tepat, praktek yang baik, akses pada pendanaan dan jaminan pemberian hasil produksi kepada perusahaan. "Pemberian pendampingan secara konsisten serta pemberian literasi keuangan dan pemanfataan teknologi, makanya petani bisa mendapat pembekalan dan pendampingan penuh," kata Franky.
Franky mengatakan Thailand merupakan negara yang berhasil mengembangkan sektor pangan karena mempraktekan bisnis model yang tepat. "Kita sudah mengetahui apa kunci suksesnya," kata dia.
Selama dua hari ini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyelenggarakan perhelatan Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2020 pada Rabu (18/11) dan Kamis (19/11). Franky berharap selama perhelatan ini, Kadin memperoleh berbagai masukan dalam penerapan kerja sama pengusaha dan petani dalam skema inclusive closed loop.
JFSS sudah diawali sejak 2010 dan telah dilakukan empat kali pada 2010, 2012, 2015 dan 2018. JFSS ini bertujuan untuk menggerakkan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan.