Hanya Indonesia dan Afsel, Negara G20 yang Nikmati Bonus Demografi
Indonesia resmi menjadi presidensi pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Billy Mambrasar mengatakan, dari seluruh anggota G20, hanya RI dan Afrika Selatan yang mengalami peningkatan populasi anak muda.
"Negara-negara lain seperti Jepang dan Cina mengalami penurunan populasi anak muda, sementara Indonesia akan memasuki bonus demografi," kata Billy dalam 'Forum Merdeka Barat 9: G20, Kita Bisa Apa?', Rabu (8/12).
Dilansir dari laman resmi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64% dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.
Billy menyebut Indonesia menjadi satu-satunya negara G20 dengan kekuatan bonus demografi tertinggi. Ia menilai, hal ini menjadi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan anak muda Indonesia dalam presidensi G20.
"Dan kita siap untuk menjadi energi seluruh negara G20 dalam mendorong akselerasi pembangunan dunia ini," katanya.
CEO Katadata Metta Dharmasaputra mengatakan pertemuan G20 menjadi momentum bagi anak muda untuk menentukan masa depan. Ia menilai, presidensi Indonesia di pertemuan G20 akan menentukan format dunia di masa yang akan datang.
Indonesia akan menikmati bonus demografi, dan anak muda akan sangat banyak yang berpartisipasi dalam mewarnai dunia politik, ekonomi, bisnis, dan kesehatan. "Ini momentum anak muda Indonesia untuk menentukan masa depan untuk indonesia dan dunia," kata dia.
Ia menyebut pertemuan G20 akan membahas topik-topik yang relevan dengan anak muda saat ini, seperti transisi energi fosil seperti batubara ke energi hijau, salah satunya ditandai dengan akan hadirnya kendaraan-kendaraan listrik. Kemudian, dari sisi keuangan yakni, inklusi keuangan digital.
Presidensi Indonesia di G20 diyakini akan membuat nama Indonesia semakin positif di mata dunia. Alasannya, pertemuan ini dihadiri oleh 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Selain itu, dengan tema 'Recover Together, Recover Stronger' akan membawa Indonesia masuk ke dalam radar dunia, yang menunjukkan bahwa Indonesia mampu dan bisa membawa suara dari negara-negara berkembang.
Ia juga berharap dengan presidensi Indonesia di G20, negara ini dapat menjadi role model atau contoh untuk banyak hal, terutama bagi negara-negara berkembang dalam konteks transisi energi, transformasi digital dan lainnya. "Itu sudah pasti, tidak diragukan lagi. Indonesia sudah masuk ke next level," katanya.
Sebagai informasi, Indonesia resmi menjadi presidensi pertemuan G20 mulai 1 Desember 2021-30 November 2022 dengan terdapat 150 pertemuan dengan site event. Indonesia menjadi negara kelima di Asia yang pernah menjadi presidensi setelah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Arab Saudi.
Selain itu, Indonesia juga menjadi negara berkembang pertama yang menjadi tuan rumah G20. Forum kerja sama multilateral ini terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa.
Rangkaian pertemuan terdiri dari berbagai kelompok kerja (working group), termasuk pertemuan tingkat menteri keuangan, dan dihadiri pula seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan. KTT G20 dihadiri dengan jumlah delegasi 500 hingga 5.800 untuk setiap acara sepanjang tahun.