Tencent Bangun Pusat Data di Indonesia, Susul Google hingga Alibaba
Perusahaan teknologi asal Tiongkok Tencent meluncurkan pusat data atau Internet Data Center (IDC) Tencent Cloud pertama di Indonesia hari ini. Langkah konglomerasi yang didirikan Ma Huateng ini mengikuti jejak perusahaan teknologi dunia lain seperti Google, Microsoft, hingga Alibaba.
Dengan mendirikan pusat data, Tencent menambah jaringan infrastruktur bisnis komputasi awan (cloud) perusahaan yakni Tencent Cloud secara global. Saat ini Tencent membangun pusat data menyebar di 27 wilayah dan 61 zona di dunia.
Di Indonesia, pusat data milik Tencent itu terletak di DKI Jakarta. Pusat data ini akan melengkapi akses backbone dan jaringan dari semua penyedia layanan internet utama di Indonesia dan global.
Layanan cloud dari Tencent bakal menjangkau lebih banyak pelanggan dan penggunanya. Beberapa pelanggan layanan cloud dari Tencent antara lain, Aestron, Bank digital Neo Commerce, JOOX hingga WeTV.
Senior Vice President, Tencent Cloud International, Poshu Yeung, mengatakan pusat data itu didirikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berkembang. Apalagi, pengembang gim PlayerUnkown's Battlegrounds atau PUBG itu menilai bahwa pasar cloud di Indonesia besar.
"Indonesia mempunyai 270 juta penduduk. Indonesia juga merupakan negara terpadat keempat di dunia dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara," katanya dalam siaran pers, Senin (11/4).
Menurutnya, pasar cloud publik Indonesia tumbuh paling cepat di Asia Pasifik. Rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) industri cloud di Indonesia sebesar 25%. Sedangkan pasarnya diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 0,8 miliar pada 2023.
Survei terbaru dari Alibaba Cloud juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia sudah semakin banyak yang memakai layanan cloud. Ada 77% bisnis di Indonesia menggunakan solusi informasi teknologi berbasis cloud. Sebanyak 83% juga percaya bahwa perangkat ini membantu mereka memenuhi kebutuhan bisnis selama pagebluk virus corona.
Survei itu melibatkan 1.000 peserta di Hong Kong, Malaysia, Singapura, India, Indonesia, dan Filipina. Kuesioner disebar pada November tahun lalu.
Sebanyak 64% memilih pendekatan hybrid cloud, yakni layanan yang mendistribusikan komputasi awan untuk umum (public) dan terbatas (private).
Sebelum Tencent, Alibaba telah terlebih dahulu merambah bisnis cloud dengan membangun pusat data di Indonesia. Anak usaha Alibaba sudah membangun dua pusat data di Indonesia. Mereka mempersiapkan pusat data ketiga yang ditargetkan beroperasi tahun ini.
Beberapa perusahaan yang menggunakan layanan cloud Alibaba yakni startup fintech pembiayaan Indonesia, Investree, e-commerce asal Malaysia, PrestoMall, perusahaan gim Jepang Enish, platform hiburan dari Filipina, Kumu, dan banyak lagi.
Begitu juga dengan Google yang telah meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta, Juni 2020 lalu. Beberapa klien Google Cloud di Indonesia yakni Blue Bird, Link Net, Semen Indonesia, Tokopedia, BRI, XL Axiata, Gojek, Unilever, dan Ticket.com.
"Aktivitas bekerja dan operasional bisnis jarak jauh membuat perusahaan besar dan kecil ramai-ramai beralih ke cloud,” kata Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie dalam siaran pers, Februari lalu (8/2).
Perusahaan teknologi lainnya Microsoft Corporation pun tahun lalu berencana menanamkan modal sebesar US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 13,6 triliun untuk membangun pusat data di Indonesia. Pusat data ini digunakan untuk menunjang program big data Microsoft yang ada di Tanah Air.
Lalu, anak usaha Amazon, yakni Amazon Web Service (AWS) berencana membangun tiga pusat data di Indonesia pada akhir tahun ini atau awal 2022.
Perusahaan raksasa teknologi global membuka layanan pusat data seiring kebutuhan yang semakin besar di Indonesia. Data Statista 2019 menunjukkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,3% dari 2017 yang sebanyak 84 juta pengguna. Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023. Berikut grafik dari Databoks: