Jadi Penasihat Luhut, Ini Kiprah Rachmat Kaimuddin di Bidang Teknologi
Mantan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin kini menjadi penasihat khusus Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan. Rachmat akan membantu Luhut dalam proyek pemerintah dalam pengembangan teknologi berkelanjutan.
Luhut mengatakan, bergabungnya Rachmat di Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) merupakan komitmen pemerintah dalam memberikan kebermanfaatan, sekaligus mendorong terjadinya transformasi besar, utamanya dalam bidang pembangunan teknologi Indonesia.
"Rachmat bergabung dengan keluarga besar Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) sebagai technology sustainability special advisor, yang akan memberikan laporan masukan kepada saya pribadi," kata Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (3/1).
Rachmat menyatakan sebagai kehormatan membantu negara dengan menjadi anak buah Luhut. "Ini yang saya bayangkan sejak kecil yaitu bekerja untuk negara. Saya harap bisa bekerja dengan baik, memberikan tenaga dan pikiran saya untuk kebaikan kita semua," kata Rachmat.
Luhut menyebutkan salah satu proyek pemerintah yang membutuhkan keahlian Rachmat yakni di Kawasan Industri Hijau Indonesia di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Pada 21 Desember lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan groundbreaking di proyek tersebut. Pada sebuah kesempatan Luhut menyebut nilai investasi proyek tersebut mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 343 triliun.
"Dan juga banyak lagi program-program lain yang kita perlu mendapatkan pikiran-pikiran yang tajam cerdas cermat dan berorientasi kepada market hingga dengan begitu kita juga bisa menunjukkan bahwa pemerintah ini betul-betul juga pro kepada market," kata Luhut.
Rachmat telah banyak berkiprah di bidang teknologi, selain PT Bukalapak.com Tbk. Rachmat mundur dari Bukalapak pada pekan lalu (28/12).
Rachmat menjabat sebagai CEO Bukalapak sejak Desember 2019 atau menjabat selama dua tahun setelah menggantikan pendiri Bukalapak Achmad Zaky.
Rachmat sempat menempuh studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Boston, pada 1998-2001 dengan mengambil jurusan teknik elektro. Rachmat juga sempat menyabet gelar MBA dari Stanford University, California pada 2006-2008.
Lulus kuliah pada 2001, Rachmat bekerja di salah satu perusahaan chip sebagai design engineer. Pada 2003, Rachmat memutuskan kembali ke Indonesia dan memulai karier sebagai konsultan yang berfokus pada sektor telekomunikasi dan keuangan di Boston Consulting Group Jakarta.
Setelahnya, Rachmat mengisi jabatan penting di sejumlah perusahaan seperti Managing Director di PT Cardig Air Services pada 2009. Cardig merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, agensi, perwakilan, jasa, transportasi, dan industri.
Kemudian, Rachmat menjabat sebagai Vice President di Baring Private Equity Asia pada 2021, Chief Financial Officer alias CFO di PT Bosowa Corporindo pada 2014, hingga menjadi Managing Director PT Semen Bosowa Maros pada 2016.
Pada 2018 Rachmat sempat menjadi Direktur Keuangan dan Perencanaan di PT Bukopin Tbk. Empat tahun sebelumnya dia sudah menghuni kursi Komisaris di Bank Bukopin. Hingga pada 2020, Rachmat resmi bergabung di Bukalapak.
Kinerja Rachmat di Bukalapak
Di Bukalapak, Rachmat juga menunjukkan pemahaman teknologinya. Bukalapak di era Rachmat gencar mengembangkan aplikasi super atau Super App, seperti Gojek dan Grab. Produk anyar ini di antaranya agregator logistik, pencarian hunian, konsultasi hukum, teknologi finansial (fintech) hingga Agen Penjual Reksa Dana (APERD).
Bukalapak juga menyediakan layanan agregator pengiriman barang yang diberi nama BukaSend. Lalu, menggandeng startup Justika untuk menyediakan layanan konsultasi hukum hingga pendampingan. Selain itu, menggaet HappyFresh untuk menyediakan bahan pokok melalui fitur Groceries.
Bukalapak juga menggaet Microsoft meluncurkan platform pembelajaran Akademi Jagoan pada tahun lalu. Di dalamnya tersedia beragam materi terkait berjualan online hingga teknologi komputasi awan (cloud).
Bukalapak telah menggelar lebih dari 200 kelas online dan diikuti oleh 24 ribu lebih peserta. Sebelum ada pandemi corona, e-commerce ini juga mengadakan pelatihan langsung atau offline di 142 titik di daerah.
Selain menerapkan strategi bisnis Super App, selama bekerja di Bukalapak, Rachmat berfokus menggaet lebih banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Rachmat juga menunjukkan komitmennya menggaet warung di kota tier dua dan tiga.
"Kami percaya diri dengan masa depan itu. Sebab segmen ini sangat potensial," katanya dalam acara Wild Digital Conference, tahun lalu (10/11/2021).
Layanan warung dan kios dari Bukalapak, Mitra Bukalapak sendiri merupakan penggerak utama pertumbuhan bisnis. Total processing value (TPV) mitra hingga triwulan III-2021 bertambah 179% menjadi Rp 40 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi mitra terhadap TPV Bukalapak mencapai 51%.
Bukalapak juga mempunyai pangsa pasar yang besar untuk digitalisasi warung. Berdasarkan survei Nielsen terhadap 3.000 warung di 14 kota pada Juni, total pangsa pasar Bukalapak mencapai 42%.
Bukalapak menyasar pasar warung karena potensinya besar. Riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di warung atau toko kelontong.
Perusahaan sekuritas CLSA juga mencatat, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung sekitar 10-20% yakni US$ 2 per pelanggan atau kurang dari Rp 30.000.
Unicorn ini sudah menggaet 8,7 juta warung dan kios pulsa di Indonesia. Untuk mendongkrak transaksi dan jumlah warung serta kios, Bukalapak bekerja sama dengan Grab dan Elang Mahkota Teknologi (Emtek) membuat program ‘Kota Masa Depan’ atau Kolaborasi Nyata Untuk Masa Depan.
Rachmat juga gencar menggenjot bisnis marketplace-nya. Bukalapak misalnya menyediakan program super seller. Tujuannya, untuk menggaet para penjual melalui penawaran promo, kampanye, statistik penjualan, pantau saingan, hingga analisa kata kunci populer.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2021 yang dirilis hari akhir tahun lalu (30/11), Bukalapak tecatat mampu meraih pendapatan Rp 1,34 triliun selama sembilan bulan 2021. Pendapatan tersebut tumbuh 42,1% dibanding pendapatan periode sama 2020.
Bisnis marketplace sendiri menyumbang pendapatan Rp 780,41 miliar atau tumbuh 5,18%. Berdasarkan laporan iPrice tahun lalu, Bukalapak menempati posisi ketiga pangsa pasar terbesar e-commerce di Indonesia dilihat berdasarkan rata-rata jumlah kunjungan per bulan. Bukalapak memiliki 30,1 juta kunjungan pada kuartal-III 2021, naik 2,3% dari kuartal sebelumnya.