Tips Bos Startup Hindari Bisnis Gagal di Tengah Ancaman Resesi

Lenny Septiani
8 November 2022, 11:46
startup
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi

Startup di Indonesia menghadapi masalah ketatnya pendanaan dan ancaman resesi ekonomi global. Mantan petinggi Gojek hingga bos Sirclo pun berbagi tips agar bisnis tidak gagal di tengah situasi ini.

Setidaknya ada lima petinggi startup yang menjadi coach dalam Startup Studio Indonesia (SSI), membagikan tips untuk mencapai Product-Market Fit (PMF).

Advertisement

SSI adalah program inkubasi yang digelar oleh Kominfo. Sedangkan Product-Market Fit sebagai konsep atau skenario ketika para pelanggan suatu perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk.

Jika itu terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, maka akan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.

Profesor Thomas R Eisenmann dari Harvard Business School pun mengungkapkan sebanyak 90% startup gagal karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Riset CB Insights juga menunjukkan bahwa 42% startup gagal karena tidak berhasil menemukan product-market fit.

Untuk mengatasi hal itu, lima petinggi startup yakni CEO Sociolla Christopher Madiam, CEO Kitabisa.com Alfatih Timur, CEO Mekari Suwandi Soh, CEO Sirclo Brian Marshal, dan CEO AwanTunai Rama Notowidigo membagikan tips sebagai berikut:

1. Disrupsi dan tren tidak perlu selalu diikuti

Founder dan CEO Sociolla Christopher Madiam mengatakan bahwa selama ini startup selalu diidentikkan dengan usaha yang mendisrupsi bisnis konvensional.

Padahal, disrupsi dan tren tidak selalu berjalan di jangka panjang. “Tidak semua hal bisa di-disrupsi,” ujarnya.

Menurutnya, founders harus bisa menganalisa mana kebiasaan konsumen yang bisa diubah dan mana yang tidak.

Berkaca pada bisnisnya, Sociolla percaya bahwa kehadiran toko offline adalah hal yang tidak akan berubah.

Christopher mengatakan sebagaimana berkembangnya sistem e-commerce, toko offline pasti akan tetap eksis. “Itulah mengapa kami pun mengembangkan kehadiran offline,” kata dia.

“Jadi perlu diingat bahwa tidak semua disrupsi dan tren-tren digitalisasi baru perlu untuk kita ikuti,” tegasnya.

2. Gabungkan hasil benchmarking dengan data dan analisis mandiri

Salah satu cara startup untuk bisa memahami pasar yang dituju adalah dengan melakukan benchmarking. Benchmarking yaitu menganalisis apa yang dilakukan startup serupa atau bahkan kompetitor.

Pada tahap awal, founder bisa menjajal langsung dengan menjadi pengguna di bisnis serupa. Tujuannya, agar bisa mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari startup lain dan menghadirkan solusi yang lebih baik.

Co-Founder & CEO Kitabisa.com Alfatih Timur mengungkapkan pada awal perkembangan, Kitabisa sering belajar dari operasional platform penghimpunan dana internasional seperti Gofundme. Namun, ada perbedaan bisnis yang cukup signifikan.

“Justru setelah itu kami menemukan platform crowdfunding dari India yang punya produk yang lebih mirip, sehingga menjadi patokan benchmarking kami,” kata Alfatih.

Meski begitu, hasil dari benchmarking tersebut wajib untuk dikombinasikan dengan insight data yang dimiliki. “Karena bagaimanapun setiap pasar memiliki dinamikanya sendiri-sendiri,” jelasnya.

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement