Berpengalaman selama 24 tahun memproduksi batik berkualitas yang menyasar pasar luar negeri, Tembaga Batik menuai berkah di masa pandemi. Permintaan ekspor dari produk Tembaga Batik terutama datang dari Amerika Serikat dan Australia.

Pemilik Tembaga Batik, Mochamad Hasan Sungkar, merasakan permintaan produksi batik cap dalam bentuk kain yang terus meningkat. Di luar negeri terdapat tren selama aktivitas di rumah, banyak orang luar yang membeli kain batik untuk membuat kerajinan. "Mereka membuat taplak, bed cover, dan sprei dari kain batik,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (13/10).

Hasan memproduksi batik cap khas Pekalongan dari Desa Ngrantan Kadokan, Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk urusan menembus pasar luar negeri, dia memiliki distributor langganan yang membeli dalam partai besar. Nilai transaksi minimal Rp 1 miliar dalam sebulan. “Barang belum terkirim mereka sudah memesan ulang,” ujarnya.

Advertisement

Tembaga Batik menjual dalam bentuk gulungan kain sepanjang 10-15 yard. Kapasitas pabrik milik Hasan ini memproduksi 60 ribu yard dalam sebulan.

Pengusaha batik yang juga masih menikmati permintaan dari pasar ekspor yakni Batik Pria Tampan. “Saat ini kami ekspor ke AS, Myanmar, dan Singapura. Tapi selama pandemi permintaan yang paling stabil dari AS,” kata Direktur Batik Pria Tampan Muhammad Andri Setyawan dihubungi Kamis (15/10).

Batik Pria Tampan juga menjalin kerja sama dengan distributor untuk menembus pasar ekspor, sehingga permintaan masih relatif stabil meski di masa pandemi. Namun, Andri merasakan nilai transaksi jauh berkurang sebelum masa pandemi. Sebelum pandemi, Batik Tampan dapat meraup omset Rp 3 - 4 miliar. Di masa pandemi, omsetnya turun meski masih di atas Rp 1 miliar. Dalam sebulan, Batik Pria Tampan menerima pesanan 70 - 100 ribu yard.

Parade Batik
Parade Batik saat perayaan Hari Batik Nasional 2 Oktober lalu. (ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.)
 




Ahsan dan Andri adalah dua pengusaha batik yang turut mendongkrak kenaikan ekspor batik semester I tahun ini. Data Kementerian Perindustrian mencatat, pada semester pertama 2020 ekspor batik berbentuk sandang (pakaian) dengan berbagai media eksterior serta interior mencapai US$ 21,54 juta atau Rp 316 miliar. Bila dibandingkan dengan semeter satu 2019 yang sebesar US$ 17,99 juta, ekspor batik naik 19 %.

Hingga akhir tahun ini, ekspor diperkirakan mencapai US$ 43,08 juta atau Rp 632 miliar. Pasar batik luar negeri terbesar saat ini masih di Jepang (50 %), Amerika Serikat (30 %), dan Eropa (20 %).

Sedangkan bila dilihat lima tahun terakhir, tren ekspor batik terus menurun. Pada 2015 ekspor batik mencapai US$ 185,04 juta, lalu menurun di 2016 menjadi US$ 156,03 juta dan 2017 merosot ke US$ 73,79 juta. Berikutnya 2018 ekspor batik US$ 52,33 juta dan 2019 naik tipis menjadi US$ 54,36 juta. 



“Fenomena yang cukup unik, karena pasar ekspornya bisa meningkat di masa pandemi Covid-19 ini,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita beberapa waktu lalu.

Namun, tidak semua pengusaha batik bermain yang bermain di pasar ekspor menikmati lonjakan permintaan. Batik Aromatherapy Al Warits, misalnya, yang sejak pandemi melanda pada Maret malah setop ekspor karena tidak adanya permintaan. Padahal sebelum pandemi melanda, mereka bisa ekspor ke Australia, Malaysia, Singapura, AS, hingga Korea Selatan.

“Negara tujuan ekspor kena pandemi, mereka tutup, tidak ada orderan lagi. Sempat ada orderan dari Australia, tapi batal karena pandemi. Ekspedisinya juga tutup,” ujar pemilik dan pendiri Batik Al Warits, Warisatul Hasanah dihubungi Selasa (13/10).

Sudah jatuh tertimpa tangga, penjualan Batik Al Warits di dalam negeri pun anjlok, bahkan menurut pengakuan Waris, selama tujuh bulan pandemi, usaha batik miliknya tidak berhasil menjual satu potong batik pun.

“Ketika Maret sempat ada penjualan, karena ada acara di Bank Indonesia (BI), jadi ekspor ke Singapura. Habis itu setop, benar-benar tidak ada penjualan sama sekali,” kata dia.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement