Program Peremajaan Akan Membuat Harga Sawit Naik
KATADATA ? Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) optimistis harga sawit minyak mentah (crude palm oil/CPO) bisa naik, seiring dengan adanya program peremajaan tanaman.
Direktur Utama BPDP Sawit Bayu Krishnamurti mengatakan saat ini harga CPO masih rendah, yakni di kisaran US$ 575 per ton. Rendahnya harga ini disebabkan penurunan harga minyak bumi dan berkurangnya permintaan dari Cina, yang merupakan salah satu importir terbesar CPO.
(Baca: Harga Komoditas Turun, Penerimaan Bea Keluar Tak Tercapai)
Menurut dia, dengan adanya program peremajaan, diperkirakan harga CPO bisa naik mencapai US$ 700-750 per ton. Harga ini dinilai merupakan harga yang pas dan nyaman bagi produsen dan konsumen sawit.
Program peremajaan sangat diperlukan bagi perkebunan sawit, yang sudah tua. Saat ini produktivitas perkebunan sawit sudah rendah, terlebih perkebunan rakyat karena usianya sudah mencapai 30 tahun. Padahal usia produktif sawit hanya sampai 20-25 tahun.
Program peremajaan tanaman ini membutuhkan waktu tiga sampai empat tahun. Dalam masa peremajaan ini pasokan sawit akan berkurang, sehingga bisa mendorong harga. Bayu juga memastikan meski harganya naik, sawit tidak akan bisa tergantikan oleh minyak nabati lain. Karena hingga saat ini produktivitas sawit masih tinggi, bahkan mencapai delapan hingga sembilan kali kedelai (soyabean).
?Pada kondisi normal, tidak bisa dalam konteks harga soyabean bersaing dengan CPO. Karena sawit punya keunggulan komparatif dalam hal ini,? kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (14/7).
Bayu mencatat, saat ini sudah ada 2.000 hektare lahan yang siap ditanam kembali (replanting). Pada masa replanting ini, petani akan kehilangan pendapatannya karena lahan sawitnya belum berproduksi. Meski demikian, Bayu memastikan BPDP Sawit akan menyediakan pendanaan untuk petani dalam bentuk kredit. Pendanaan ini bisa digunakan petani untuk sewa mesin pemotong serta membeli pupuk dan bibit.
(Baca: Porsi Terbesar Pemanfaatan CPO Fund untuk Biodiesel)
Dana yang disediakan BPDP Sawit ini berasal dari pungutan yang diambil dari pengusasa (CPO fund). ?Setahun kira-kira dengan kurs Rp 13.000 sekian dengan perhitungan data pengalaman ekspor 2014, dana yang akan terkumpul bisa Rp 9,5 triliun hingga Rp 10 triliun per tahun,? ujar dia.
Peremajaan ini, kata dia, diperlukan untuk menjaga ketersediaan CPO dalam jangka panjang, apalagi sudah ada kekhawatiran serupa pada industri karet. Kekhawatiran terbesarnya adalah kejatuhan ekspor karena minimnya pasokan akibat produktivitasnya rendah. Apalagi Indonesia masih bertumpu pada ekspor komoditas seperti CPO untuk mengimbangi impor.