Cina Mulai Melirik Investasi Sektor Tekstil di Indonesia
KATADATA - Investor Cina mulai melirik Indonesia sebagai destinasi untuk menanamkan modalnya di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), yang tergolong sektor padat karya alias membutuhkan tenaga kerja banyak. Padahal, selama ini Cina menjadikan Vietnam sebagai tujuan utama investasinya di sektor TPT.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan adanya minat investasi Cina dalam sektor TPT senilai US$ 8 juta atau setara Rp 110 miliar. Pernyataan minat itu diperoleh saat BKPM mengikuti pertemuan dengan investor Cina yang diadakan Konsulat Jenderal Indonesia di Shanghai, Cina, akhir pekan lalu. "Makanya hal ini akan terus kami kawal (sehingga bisa terealisasi)," katanya dalam siaran pers BKPM, Senin (30/11).
Menurut Franky, selama ini banyak pelaku usaha tekstil di Cina yang merelokasi lokasi pabriknya ke luar negeri, terutama ke kawasan ASEAN, lantaran ingin mencari investasi yang lebih menguntungkan. Namun, sebagian besar investasi tesktil dari Cina ke kawasan ASEAN tersebut berlabuh di Vietnam.
Franky mencatat, Vietnam berhasil menggaet investasi tekstil Cina sebesar US$ 470 juta dalam lima tahun terakhir. Dengan nilai investasi sebesar itu, mampu menyerap tenaga kerja hingga 12.280 orang. Sedangkan investasi Cina ke Indonesia selama ini lebih didominasi untuk sektor logam dan konstruksi. Realisasi nilai investasi sektor bisnis tersebut mencapai US$ 5,3 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 5.906 orang.
Ke depan, dengan adanya paket kebijakan ekonomi yang terus dirilis pemerintah, Franky berharap arus investasi dari Cina akan lebih deras lagi masuk ke Indonesia, terutama di sektor padat karya seperti tekstil. "Yang paling penting salah satunya adalah paket yang mengatur pengupahan. Hal itu sangat vital dalam investasi padat karya," imbuhnya.
Berdasarkan data BKPM, minat investasi Cina di sektor padat karya selama lima tahun terakhir ini mencapai US$ 36 miliar. Adapun realisasi dari investasi tersebut sepanjang tahun ini baru mencapai US$ 10 juta, yang meliputi 705 proyek. Sedangkan realisasi investasi Cina dalam lima tahun terakhir ini rata-rata tumbuh 66 persen per tahun atau dari US$ 174 juta menjadi US$ 800 juta.
Di sisi lain, industri padat karya sejauh ini merupakan industri yang paling terpukul oleh perlambatan ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat, beberapa sektor usaha padat karya yang mengalami penurunan produksi hingga kuartal III-2015. Antara lain, produksi industri pakaian turun 12,01 persen dibandingkan kuartal III-2014, industri minuman turun 7,38 persen, dan industri alat angkutan lainnya melorot 5,71 persen.
Karena itulah, pemerintah mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi untuk membangkitkan industri di dalam negeri, terutama industri manufaktur dan padat karya. Selain itu, pemerintah membentuk desk khusus investasi di bidang tekstil dan alas kaki (sepatu). Desk khusus ini akan memfasilitasi investor di kedua bidang usaha tersebut, dengan tujuan utama mencegah pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat perlambatan ekonomi saat ini.