Pertemuan G 20, Ekonomi Indonesia Membaik di Tengah Pelambatan Dunia

Desy Setyowati
22 April 2016, 20:39
Pertumbuhan EkonomI
Arief Kamaludin|KATADATA

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo membawa cerita sendu dari pertemuan negara-negara dengan perekonomian besar yang tergabung dalam G 20. Selama dua hari pada pekan lalu, mereka membahas perkembangan ekonomi dunia bersama Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.

Menurut Agus, dalam satu pertemuan spring meeting, para pejabat dunia mengungkapkan kekecewaannya dengan perkembangan ekonomi global yang masih melambat. Apalagi IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Hal itu dipicu oleh harga komoditas yang masih rendah. Begitu pula dengan harga minyak mentah yang terus melemah sehingga ada ancaman deflasi di berbagai belahan dunia.

Oleh karenanya, negara-negara G20 sepakat menjalankan reformasi struktural, termasuk Indonesia. Dan di tengah situasi seperti itu, Agus meyakinkan bahwa ekonomi Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Sebagai indikator yakni peran pemerintah membangun infrastruktur dan masuknya dana asing (capital inflow) dalam jumlah besar. (Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia).

Berdasarkan sejumlah data, mantan Menteri Keuangan itu menilai ekonomi Indonesia makin pulih. Inflasi diyakini sesuai target empat persen plus minus satu persen. Neraca perdagangan surplus sepanjang tiga bulan terakhir, yang membuat defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) lebih sehat. Didukung pula oleh implementasi sebelas paket kebijakan ekonomi. “Dalam waktu dekat akan keluar yang ke-12,” kata Agus di kompleks BI, Jakarta, Jumat, 22 April 2016. “Ini akan memberikan optimisme bagi Indonesia.” (Baca: Sebagian Proyek Infrastruktur Akan Didanai ADB).

Pertumbuhan Indonesia juga masih tercatat baik. Tahun lalu, ekonomi tumbuh 4,79 persen. Sedangkan kuartal pertama tahun ini diproyeksikan 5,1 - 5,2 persen. Rupiah juga tercatat menguat sekitar empat persen sejak awal tahun -hari ini ditutup Rp 13.169 per dolar Amerika Serikat. Dana asing yang masuk hingga minggu ketiga April memang terbilang besar, sekitar Rp 71 triliun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak Rp 50 triliun. Juga, kata Agus, terlihat banyak korporasi yang melepas dolar Amerika sehingga terjadi penguatan rupiah.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juda Agung menyampaikan ekonomi triwulan pertama 2016 bisa tumbuh 5,1 - 5,2 persen. Dan kuartal selanjutnya dapat menyentuh 5,2 - 5,3 persen. Pendorong utamanya masih karena pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Juga didukung oleh keyakinan konsumen. (Baca juga: Ekonomi Global Melambat, 30 Proyek Infrastruktur Jadi Andalan).

Pada kuartal satu ini, BI melihat pendorong utama ekonomi masih belanja pemerintah. Adapun belanja modal dan belanja barang meningkat 161 persen dan 56 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kendati investasi dari swasta masih mandek, Juda yakin akan meningkat di semester kedua. Sebab, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah sejak kuartal ketiga tahun lalu akan berdampak pada investasi swasta lima kuartal setelahnya.

Dari sisi konsumsi juga mulai meningkat. Indikasinya dari penjualan eceran dan kendaraan bermotor yang tumbuh positif. Juga keyakinan konsumen yang terus membaik. Ekspor pun diprediksi menanjak karena harga beberapa komoditas ekspor Indonesia, minyak sawit mentah (CPO), karet, dan timah mulai terangkat. “Kinerja ekspor beberapa komoditas juga mulai membaik. Terutama tekstil, alat listrik, dan kendaraan untuk penumpang,” kata Juda.

Reporter: Muchamad Nafi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...