Produksi Turun, Harga Minyak Indonesia Melonjak 20 Persen
Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price / ICP) melanjutkan tren kenaikan. Tim Harga Minyak Indonesia mencatat, harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada Mei 2016 berdasarkan perhitungan Formula ICP mencapai US$ 44, 68 per barel. Harga ini naik US$ 7,48 atau 20 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Bahkan, harga minyak SLC atau jenis Minas pada Mei 2016 juga naik US$ 12,21 per barel mencapai US$ 49,46 per barel. Hal tersebut sejalan dengan kenaikan harga beberapa minyak mentah utama di pasar internasional. (Baca: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Indonesia April Naik US$ 3 per Barel)
Seperti diketahui, rata-rata harga minyak mentah utama di pasar internasional pada Mei 2016 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di bursa NYMEX, Amerika Serikat (AS), naik US$ 5,67 per barel menjadi US$ 46,80 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent di bursa ICE, naik US$ 4,31 per barel menjadi US$ 47,65 per barel. Adapun harga minyak OPEC naik US$ 5,26 menjadi US$ 43,12 per barel.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga minyak dunia naik. Pertama, proyeksi Goldman Sachs tentang pasar minyak yang selama beberapa bulan terakhir mengalami kelebihan pasokan, pada Mei lalu berbalik arah menjadi defisit. Alhasil, Goldman Sachs merevisi besaran kenaikan permintaan minyak dunia tahun ini sebesar 0,2 juta barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari. Perkiraan tersebut dengan mengantisipasi peningkatan permintaan dari Cina.
Kedua, penurunan produksi minyak negara-negara non-OPEC. Berdasarkan publikasi International Energy Agency (IEA) Mei 2016, produksi minyak negara-negara non-OPEC pada April 2016 turun 0,125 juta barel per hari menjadi 56,6 juta barel per hari.
Sedangkan publikasi mingguan EIA, tingkat produksi minyak mentah AS per 20 Mei lalu kembali turun sebesar 58 ribu barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 8,77 juta barel per hari. Ini level terendah sejak September 2014. (Baca: Rencana Peningkatan Produksi Blok Cepu Terganjal Izin Lingkungan)
Ketiga, penurunan stok minyak negara-negara maju alias Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD). Publikasi OPEC (MOMR) Mei 2016 menunjukkan, stok minyak komersial negara-negara OECD turun 11,5 juta barel pada Maret 2016 menjadi 3.049 juta barel.
Sedangkan berdasarkan publikasi EIA, stok minyak mentah komersial AS per akhir Mei lalu berturut–turut lebih rendah 6,3 juta barel dan 6,1 juta barel menjadi 537,1 juta barel dan 150,9 juta barel.
Keempat, gangguan produksi lebih 1,5 juta barel per hari di Kanada, Nigeria dan Ghana pada awal Mei lalu. Di sisi lain, publikasi mingguan Energy Information Administration (EIA) memaparkan, peningkatan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 14 ribu barel per hari menjadi 9,52 juta barel per hari dan penurunan stok BBM AS sebesar 1,7 juta barel menjadi 240,1 juta barel.
Kelima, jumlah rig di dunia, kecuali Cina, juga turun sebanyak 71 rig menjadi 1.057 rig pada April 2016. Berdasarkan publikasi Baker Hughes, rig minyak di AS pada 27 Mei lalu berkurang 16 rig dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 316 rig.
Khusus untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi penurunan produksi minyak Cina sebesar 5,6 persen menjadi 4,04 juta barel per hari. Ini produksi terendah sejak Juli 2013.
Kedua, di samping itu ada peningkatan permintaan minyak Cina dipicu oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, revisi kenaikan proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Cina oleh Dana Moneter Internasional (IMF). (Baca: Investasi Cina: Tak Lagi Harapan Palsu)