Tiga Pilihan The Fed Hadapi Resesi
Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), telah melakukan berbagai cara untuk mencegah resesi. Namun jika krisis ekonomi tetap terjadi, The Fed perlu menyiapkan beberapa langkah lain untuk menghadapinya.
“Jika kondisi negatif sampai mengguncang perekonomian, kami tidak bisa berbuat banyak dengan metode yang efektif untuk menghadapinya,” kata Ketua The Fed Janet Yellen kepada kongres Amerika Serikat seperti dilansir CNN pada Selasa, 21 Juni 2016.
Yang pasti, Yellen dan The Fed tidak memperkirakan ada resesi tahun ini. Meski demikian, jika hal itu terjadi beberapa tahun mendatang seperti prediksi para ahli, The Fed harus memikirkan jalan keluarnya. Kondisi ini diakui oleh pejabat atas bank sentral Amerika Serikat. (Baca: Cemaskan Risiko Brexit, Bank Sentral Amerika Tahan Suku Bunga)
“Tidak banyak opsi yang tersisa,” ujar ekonom senior Amerika Serikat dari bank Wells Fargo, Sam Bullard. Ia menilai negaranya kini lebih sulit melakukan manuver dibanding masa lalu, ketika krisis ekonomi terjadi. Berikut ini tiga opsi yang bisa ditempuh The Fed.
1. Memangkas suku bunga.
Menurunkan suku bunga akan membuat nilai mata uang menjadi murah. Dengan demikian, sektor bisnis diharapkan terdorong untuk meminjam uang, merekrut pekerja baru dan melakukan investasi. Terakhir kali The Fed mangambil langkah ini pada 2008. Ketua The Fed ketika itu, Ben Bernanke, memangkas suku bunga hingga nol persen untuk menggairahkan perekonomian meski mengarah kepada resesi.
Namun kebijakan ini tidak terlepas dari masalah. Suku bunga sudah sangat rendah sepanjang catatan sejarah. Sekarang, suku bunga The Fed berkisar 0,25 hingga 0,50 persen. Oleh karena itu, pemangkasan suku bunga tidak akan banyak membantu dan hal ini bertentangan dengan peningkatan suku bunga yang dilakukan The Fed pada Desember lalu.
Persoalan lainnya, banyak bank sentral dunia yang sudah memotong suku bunganya hingga ke level negatif. Mereka pun belum mendapat hasil yang diharapkan. Kemarin Yellen mengatakan The Fed bisa saja menurunkan suku bunga hingga ke level negatif, tapi ia tidak ingin mengambil langkah itu. (Baca: Sejumlah Negara Berkembang Menikmati Kenaikan Mata Uang).
2. Membeli lebih banyak surat utang (quantitative easing).
Serupa dengan pemangkasan suku bunga, melalui opsi ini Amerika Serikat diharapkan bisa membeli surat utang dalam jumlah sangat banyak untuk menjaga suku bunga tetap rendah dalam jangka panjang. Hipotek dengan bunga rendah diharapkan menjadi insentif untuk para pembeli rumah.
The Fed melakukan kebijakan ini terakhir kali pada Desember 2008, bersamaan dengan pemangkasan suku bunga menjadi nol persen. Kebijakan quantitative easing berhenti pada Oktober 2014 saat perekonomian sudah pulih. Selama quantitative easing dilakukan, neraca keuangan The Fed menggelembung hingga US$ 4,2 triliun.
Quantitative easing merupakan kebijakan yang kontroversial. Sejumlah bank sentral termasuk Bank Sentral Eropa tidak mendapat banyak manfaat dari kebijakan ini. (Baca: Efek The Fed Surut, BI Berpeluang Turunkan Bunga Acuan BI Rate)
3. Helicopter money
Opsi ini dilakukan untuk mendorong masyarakat melakukan pengeluaran, yang mampu mendongkrak perekonomian. Caranya, The Fed mengeluarkan cek dalam jumlah besar kepada Departemen Keuangan Amerika Serikat, yang kemudian menyalurkannya dalam bentuk tunai kepada warga. Dalam kebijakan ini juga dilakukan penghapusan pajak.
Hingga sekarang, The Fed belum pernah melakukan langkah ini. Konsep helicopter money diperkenalkan oleh seorang ekonom bernama Milton Friedman pada 1969. Mantan ketua The Fed, Bernanke pernah membahasnya dalam sebuah pidato dan menyebut opsi ini sebagai “helicopter Ben”.
Kebijakan ini berisiko tinggi karena memberikan uang tunai akan mendorong tindakan berfoya-foya oleh masyarakat. Yellen mengatakan opsi ini tidak pernah dipilih. Namun helicopter money merupakan satu-satunya pilihan yang ada setelah pemangkasan suku bunga dan quantitative easing.