Komite Eksplorasi Rekomendasikan Natuna Jadi Pusat Industri Petrokimia
Komite Eksplorasi Nasional (KEN) mengusulkan agar pemerintah menjadikan kawasan Natuna sebagai pusat pertumbuhan industri Petrokimia. Masukan ini tertuang dalam salah satu dari empat rekomendasi yang tengah dikaji KEN untuk pengembangan kawasan Natuna.
Ketua KEN Andang Bachtiar mengatakan potensi gas yang begitu besar di daerah tersebut yang menjadi pertimbangannya. “Biar pemanfaatan gasnya maksimal,” kata Andang kepada Katadata di Gedung Kementerian Eenergi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Senin, 27 Juni 2016. (Baca: Laut Cina Memanas, Kontraktor Migas Diminta Buka Kantor di Natuna).
Data KEN menunjukkan saat ini ada delapan kontraktor yang mengelola ladang minyak dan gas di East Natuna. Ke delapan kontraktor tersebut adalah Blok South Natuna Sea Block B yang dioperatori ConocoPhilips, Blok Natuna D-Alpha oleh Pertamina, Blok Tuna oleh Premier Oil Indonesia, dan Blok NE Natuna oleh Titan Resources Indonesia Ltd. Kemudia Blok North Sokang oleh North Sokang Energy, Blok East Sokang oleh Ekuator Energy Sokang, Blok South Sokang oleh Konsorsium Lundin South Sokang dan Salamander Energy, selanjutnya Blok Sokang yang dioperatori Black Platinum Investment.
Sementara total cadangan dari delapan wilayah kerja di cekungan East Natuna terdiri dari penemuan gas yang sudah terbukti sebesar 47,2 triliun kaki kubik (TCF) dan 318,39 juta tangki barel (MMSTB) minyak. Sedangkan untuk sumber daya dari lapangan yang sudah dilakukan pengeboran atau post drill dari delapan wilayah kerja tersebut, cadangannya mencapai 328,17 MMSTB. Cadangan yang dihitung dari area yang belum dilakukan pengeboran (drillable) di wilayah East Natuna mencapai 1,2 TCF gas dan 41,3 miliar tangki barel (BSTB) minyak.
Meski memiliki potensi gas yang besar, Andang mengatakan pemerintah juga perlu memikirkan pasokan gas industri Petrokimia untuk 20 hingga 30 tahun ke depan. Salah satu rekomendasi KEN untuk menjaga pasokan adalah dengan memasok gas dari kawasan regional seperti Thailand, Malaysia, Singapura dan Sarawak. (Baca: Bertebar Ladang Migas, Jokowi Akan Perkuat Keamanan Natuna).
Selain untuk Petrokimia gas tersebut nantinya bisa disalurkan untuk pembangkit listrik di daerah Kalimantan. Apalagi Kalimantan juga banyak terdapat industri pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter. Dengan kepastian pasokan gas untuk pembangkit, listrik untuk smelter juga akan terjamin.
Tidak hanya itu, KEN juga mengusulkan pembangun pipa untuk menyalurkan gas yang berasal dari Blok Natuna. Sehingga potensi gas yang ada di daerah tersebut bisa dimaksimalkan. “Ada skema hilirnya pemipaan,” ujar Andang.
Rekomendasi ini kata Andang sudah memasuki tahap finalisasi. Rencananya akan disampaikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral seminggu setelah Lebaran. Dengan begitu bisa segera ditindaklanjuti. (Baca: Usai Dikunjungi Jokowi, Pemerintah Kembangkan Transportasi Natuna)
Sekretaris KEN Muhammad Sani mengatakan KEN mengusulkan agar pemerintah memprioritaskan gas di Wilayah East Natuna untuk kebutuhan domestik. Ia mencontohkan untuk konsumsi listrik di Sumatera dan Jawa membutuhkan pasokan gas besar, sehingga gas di East Natuna bisa dimanfaatkan. "Ada opsi gasnya dijadikan Liquified Natural Gas (LNG) atau Compressed Natural Gas (CNG) untuk domestik, jadi bisa didistribusikan ke seluruh wilayah," kata dia.