Asosiasi Pengusaha Soroti Kondisi Ketahanan Energi Nasional

Arnold Sirait
29 Agustus 2016, 19:30
Pembangkit Listrik Muara Tawar, Bekasi
Arief Kamaludin|KATADATA

Para pengusaha menyoroti ketahanan energi nasional saat ini karena berada dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Salah satu indikasinya adalah bila mengacu pada ketersediaan stok bahan bakar minyak (BBM) nasional yang baru mencukupi untuk kurun waktu 20-25 hari saja.

Ketersediaan BBM yang minim di dalam negeri terjadi akibat ketergantungan impor minyak mentah maupun BBM yang tidak lagi sebanding dengan tingkat konsumsi nasional. “Konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi secara alamiah akan menimbulkan persoalan harga dan ketersediaan,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani, berdasarkan siaran persnya, Selasa (29/8). (Baca: Pertama Kali, Indonesia Akan Punya Cadangan Penyangga Energi)

Untuk membahas masalah tersebut, Apindo akan menggelar hajatan Forum Ketahanan Energi Nasional (FKEN) pada 8 September mendatang. Acara yang menyajikan paparan dari beberapa pakar di bidang energi tersebut rencananya juga bakal dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

Salah satu yang perlu mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan ketahanan energi adalah megaproyek listrik 35 ribu Mega Watt (MW). Alasannya ketersediaan energi listrik mempunyai peranan vital dalam pengembangan sektor industri. (Baca: Pemerintah dan PLN Kebut Megaproyek Listrik 35 GW)

Grafik: Produksi dan Konsumsi BBM di Indonesia 2000-2013

Tapi, tidak mudah mencapai target 35 ribu MW hingga 2019 mendatang. Sumbatan birokrasi maupun aspek finansialnya menjadi rintangan yang masih perlu dicarikan solusinya.

Menurut Hariyadi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga harus mempunyai visi yang sama, khususnya bila terkait dengan persoalan pembebasan lahan. “Perlu kerja keras dan kehati-hatian dari semua pihak,” kata dia.

Yang tak kalah penting dalam ketahanan energi adalah percepatan proyek EBT, yang dalam kurun 20 tahun ke depan akan perlahan menggantikan energi fosil. Hal ini sejalan dengan rencana kebijakan energi nasional yang telah dipatok hingga 2050 mendatang. (Baca: Tiga Strategi Menteri ESDM Ciptakan Energi Ramah Lingkungan)

Namun, percepatan proyek EBT juga kerap menghadapi kendala terutama akibat biaya implementasi yang masih tinggi. Proyek EBT sudah sering digalakkan tetapi meredup ketika sumber energi fosil melimpah. “Kami berharap pola pengembangan EBT tetap konsisten meski awalnya membutuhkan investasi tidak sedikit tetapi dapat menghasilkan keuntungan yang cukup menarik pada tahun-tahun berikutnya,”  ujar dia.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...