Aksi Unjuk Rasa Tak Ganggu Investor, Rupiah Stabil dan IHSG Naik
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/11) ini. Sedangkan mata uang rupiah hanya melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, aksi unjuk rasa besar di Jakarta hari ini semula dikhawatirkan bakal merontokkan rupiah dan IHSG.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG memang sempat melorot 0,4 persen. Namun, belakangan IHSG bergerak naik hingga ditutup pada level 5.362 atau lebih tinggi 0,6 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Begitu pula dengan rupiah. Mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah 0,4 persen ke level 13.103 per dolar Amerika Serikat (AS). Adapun, di pasar spot, rupiah hanya melemah tipis 0,05 persen ke posisi 13.068 per dolar AS pada Jumat sore.
(Baca: Sambut Aksi 4 November, Bursa Saham dan Rupiah Melemah)
"Rupiah aman-aman saja. Tidak ada yang mengkhawatirkan," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara kepada Katadata, Jumat (4/11). Ia menambahkan, bank sentral tidak melakukan intervensi untuk menjaga rupiah. “Hari ini BI hanya memonitor."
Senada dengannya, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, rupiah masih bergerak pada angka yang wajar. Dia juga memastikan bahwa BI akan terus memonitor perkembangan rupiah di pasar.
Sementara itu, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelaku pasar memang sempat khawatir aksi unjuk rasa hari ini akan berlangsung ricuh. Karena itu, baik rupiah ataupun IHSG tertekan pada awal perdagangan hari ini, bahkan melemah tajam siang ini.
Namun, karena aksi demonstrasi berjalan lancar, pasar pun merespons positif. "Kemarin kan beberapa analis sempat mengatakan aksi hari ini akan ricuh, makanya pasar panik. Tapi ternyata tidak ada apa-apa kan, jadi menguat," ujar David.
(Baca: Aktivitas Kantor Normal saat Unjuk Rasa, PLN Jaga Pasokan Listrik)
Selain itu, menurut dia, rupiah dan IHSG sempat terkoreksi pada pagi hari karena merespons data regional yang juga melemah. Indeks bursa saham di AS, seperti DJIA, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing ditutup negatif 0,16 persen, 0,44 persen, dan 0,92 persen.
Begitu pula dengan bursa di kawan Eropa, yang dilihat dari indeks FTSE di Inggris ditutup minus 0,80 persen. Di Asia, indeks Hang Seng di Hong Kong tercatat turun 0,56 persen.
Menurut David, pelaku pasar saat ini fokus kepada kondisi eksternal, seperti kebijakan suku bunga dana bank sentral AS, the Fed, dan pemilihan presiden di negara tersebut. Apalagi, pasar juga tengah menanti data jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja di AS atau Non-Farm Payrolls.
(Baca: Darmin: Unjuk Rasa Sehari Tak Akan Ganggu Ekonomi)
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra juga melihat pelemahan rupiah dan IHSG pagi tadi karena adanya kekhawatiran terhadap aksi unjuk rasa. "Iya (rupiah melemah) kurang lebih karena kekhawatiran demo, indeks saham juga ditutup turun cukup besar kemarin," ujarnya.
Seperti diketahui, kelompok masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar aksi demonstrasi di Jakarta, Jumat siang (4/11). Aksi yang diklaim bakal diikuti puluhan ribu orang itu, menuntut proses hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap telah menistakan Agama Islam.