Proyek Listrik 35 GW Dipangkas, Target Rasio Elektrifikasi Tetap
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pemangkasan proyek kelistrikan 35 gigawatt (GW) menjadi hanya 19 GW tidak akan mengganggu target rasio keterjangkauan listrik (rasio elektrifikasi) nasional sebesar 97 persen pada 2019. Alasannya, pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat permintaan masyarakat akan akses kelistrikan pun juga mengalami penurunan signifikan.
“Kami sudah menghitung itu, tidak ada perubahan. Itu kan masalah demand. Pertumbuhan ekonomi yang tìdak kami harapkan," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (30/11).
Jarman menjelaskan saat awal proyek 35 GW ini dicanangkan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berkisar antara 6,6-7 persen. Dengan begitu, kebutuhan listrik yang harus dipenuhi untuk mengejar target rasio elektrifikasi 97 persen, bisa mencapai 35 GW pada 2019.
Ternyata kenyataannya berbeda. Pertumbuhan ekonomi berjalan lambat, hanya 4,9 persen pada 2015 dan diperkirakan sekitar 5 persen pada tahun ini. Tahun depan pemerintah juga hanya bisa menargetkan pertumbuhannya sebesar 5,1 persen. Kemungkinan hingga 2019 pun angkanya tidak berbeda jauh.
(Baca: Dewan Energi: Proyek 35 Ribu MW Cuma Beres 55 Persen Masa Jokowi)
Dengan dasar ini, perhitungan pemerintah pun berubah. Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang awalnya diperkirakan sekitar 6,6-7 persen sepanjang, kemungkinan hanya akan berada di kisaran 5-5,5 persen. Alhasil, kebutuhan listrik untuk mengejar target rasio elektrifikasi pun lebih rendah. Perhitungan Kementerian ESDM, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang melambat, kebutuhan listrik hingga 2019 hanya sekitar 25 GW.
"Kan tahun kemarin 2,5 GW sudah masuk. Sekarang kan semester satu sudah 2.000 MW. Jadi, kira-kira akan masuk 5 GW. Sisanya yaa, 19 GW ini. Jadi 19 GW ini harus masuk dalam tiga tahun ini," ujar Jarman.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir pernah mengungkapkan pemangkasan target proyek kelistrikan tidak akan mempengaruhi jalannya proyek di luar Pulau Jawa. Alasannya, agar pulau lain bisa mengejar ketertinggalan ketersediaan listrik,
Menurutnya Sofyan, pembangunan pembangkit listrik di luar pulau Jawa perlu lebih digencarkan. “Jadi program 35.000 MW di luar Jawa tidak akan pernah ada yang dikurangi,” kata Sofyan di Jakarta, Jumat (18/11). (Baca: Pemotongan Listrik 35 Ribu MW Tidak Ganggu Proyek Luar Jawa)
Sebaliknya, terkait proyek pembangkit di Jawa harus melihat pertumbuhan ekonominya. Artinya, proyek pembangkit di Jawa bisa dikurangi jika pertumbuhan ekonominya lambat. “Kami tunda dulu pembangunan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) berkapasitas 600 MW (megawatt). Karena pertumbuhan ekonomi belum sesuai yang diharapkan. Tapi bukan dibatalkan,”ujar Sofyan.
Terkait dengan pernyataan PLN, Jarman mengaku belum mendapat laporan apapun mengenai proyek-proyek pembangkit mana saja yang akan ditunda pembangunannya. Dia hanya mengingatkan PLN untuk melihat kebutuhan masyarakat dalam memutuskan proyek apa saja yang akan ditunda pelaksanaannya.