Surplus Neraca Dagang 2016 Tumbuh 14 Persen meski Ekspor Turun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja perdagangan Indonesia pada tahun 2016 masih lemah. Meski surplus mencapai US$ 8,78 miliar, ekspor dan impor sama-sama mengalami penurunan. Namun, dibandingkan 2015, surplus dagang sepanjang tahun lalu bisa tumbuh 14,5 persen.
"Walaupun mengalami surplus, kinerja ekspor 2016 masih belum membaik, demikian impornya. Masih diperlukan waktu untuk mengalami perbaikan," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers, di Gedung BPS, Jakarta, Senin (16/1).
Pria yang akrab disapa Ketjuk ini mengatakan, kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2016 sebesar US$ 144,43 miliar. Angka itu turun 3,95 persen dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2015 yang sebesar US$ 150,3 miliar.
(Baca juga: BI Catat Defisit Transaksi Berjalan 2016 Terkecil dalam 5 Tahun)
Dari total eskpor tersebut, ekspor non migas menyumbang sebesar US$ 131,35 miliar, angka ini juga turun 0,34 persen jika dibandingkan tahun 2015 yang sebesar US$ 131,79 miliar. Sedangkan ekspor migas 2016 sebesar US$ 13,08 miliar atau menurun cukup jauh jika dibanding 2015 yang sebesar US$ 18,57 miliar.
Sementara itu, kinerja impor sepanjang 2016 pun hanya sebesar US$ 135,6 miliar atau masih lebih rendah 4,94 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 142,6 miliar.
Impor tersebut terdiri dari migas yang sebesar US$ 18,72 miliar atau turun 23,92 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar US$ 24,61 miliar. Sedangkan, impor non migas sebesar US$ 116,93 miliar atau turun 0,98 persen dibanding tahun 2015 yang sebesar US$ 118,08 miliar.
Dengan demikian, surplus neraca perdagangan tahun 2016 memang lebih besar yakni sebesar US$ 8,78 miliar dibanding tahun 2015 yang sebesar US$ 7,67 miliar.
(Baca juga: Investor Lebih Percaya, Awal 2017 Dana Asing Masuk Rp 9 Triliun)
Secara lebih rinci Ketjuk menjelaskan, menurut Provinsi asal barang, ekspor Indonesia sepanjang tahun 2016 berasal dari Jawa Barat sebesar US$ 25,73 miliar atau 17,81 persen dari total ekspor. Disusul Jawa Timur sebesar US$ 18,36 miliar atau 12,71 persen dan Kalimantan Timur sebesar US$ 13,95 miliar atau 9,66 persen.
Kemudian, menurut sektor, ekspor non migas Indonesia Januari-Desember 2016 dari industri pengolahan mengalami kenaikan sebesar 1,07 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara, ekspor hasil pertanian mengalami penurunan cukup tinggi yakni sebesar 7,80 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya pun juga mengalami penurunan sebesar 6,75 persen. "Sektor pertanian ini yang harus dipacu. Pengolahan-pengolahan hasil pertanian ini juga perlu dilakukan untuk menciptakan nilai tambah untuk bisa memperbaiki kinerja ekspornya," ujar Ketjuk.
(Baca juga: Darmin Dukung Bea Keluar Mineral Mentah Naik 100 Persen)