Dana Terbatas, Pertamina Hanya Bisa Danai 20 Persen Kilang Bontang
PT Pertamina (Persero) tidak akan menjadi pemilik mayoritas pada proyek kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur. Keterbatasan dana menjadi penyebab utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini hanya mampu menyumbang modal sedikit dalam proyek tersebut.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan kebutuhan investasi untuk Kilang Bontang mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 106 triliun. Pertamina hanya mampu mendananinya sekitar 10-20 persen saja. (Baca: Swasta Berpeluang Punya Kepemilikan Mayoritas di Kilang Bontang)
"Kami bangun enam kilang secara bersamaan, belum lagi untuk hulu, pemasaran dan gas," kata dia di Jakarta, Senin (30/1). Untuk membantu pendanaan Pertamina tengah menjajaki beberapa investor yang bisa menjadi mitra, baik asing ataupun lokal. Targetnya akhir Februari 2017 sudah ada hasil final.
Selain mencari mitra, Pertamina juga masih mengkaji sistem kerja sama yang akan dipakai. Dalam kajian awal, skemanya adalah built operator transfer (BOT). Artinya setelah kontrak berakhir, segala infrastruktur kilang tersebut menjadi milik Pertamina.
Pertamina juga segera mempersiapkan bankable feasibility study (BFS) atau studi kelayakan pendanaan bank yang targetnya selesai tahun ini. Jika BFS selesai, Pertamina berharap penyiapan lahan sudah bisa dimulai awal 2018. Dengan begitu pembangunan kilang minyak di Bontang bisa selesai pada 2023. (Baca: Dapat Penugasan, Pertamina Kebut Bangun Kilang Bontang)
Pemerintah dan Pertamina juga sudah menyiapkan beberapa upaya untuk mempercepat pembangunan proyek Kilang Bontang. Kilang ini akan memanfaatkan infrastruktur pendukung yang sudah ada dan aset-aset kilang pengolahan gas alam cair (LNG) milik PT Badak NGL.
Mengacu Keputusan Menteri ESDM Nomor 7935 K/10/MEM/2016, pemerintah menetapkan kapasitas kilang Bontang sebesar 300 ribu barel per hari. Dari kapasitas tersebut, diharapkan dapat memproduksi bensin minimal 60 ribu barel per hari dan Solar 124 ribu barel per hari dengan standar minimal Euro IV. (Baca: Dua Bulan Lagi, Pertamina Buka Seleksi Calon Mitra Kilang Bontang)
Pertamina juga mendapat mandat mengintegrasikan kilang BBM ini dengan pengolahan petrokimia. Adapun, hasil produksi kilang tersebut diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.