Lokasi Sumur di Lepas Pantai, Harga Gas Masela Lebih Mahal

Anggita Rezki Amelia
31 Januari 2017, 20:11
Rig
Katadata

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan harga gas dari hasil produksi Blok Masela bisa lebih mahal dibandingkan lapangan lainnya. Penyebabnya, lokasi sumur yang berada di laut lepas.

Menurut dia, lokasi sumur yang berada di lepas pantai itu membuat kontraktor harus memasang pipa untuk mengalirkan gas ke darat. Alhasil, biaya pengembangan gas menjadi lebih besar. “Jadi relatif harga gasnya agak mahal," kata dia kata di Jakarta, Selasa (31/1). (Baca: Luhut Dorong Pertamina Beli Gas dari Blok Masela)

Namun, Wiratmaja belum bisa memastikan harga gas Masela. Sebab, saat ini pemerintah masih menunggu rencana pengembangan lapangan (PoD) dari Inpex Corporation selaku operator, untuk mengetahui besaran harga gas yang sesuai dengan keekonomian proyek.

Di sisi lain, Inpex hingga kini belum mendapatkan pembeli dalam negeri. Padahal, pembeli gas ini penting untuk sebuah kelanjutan proyek. “Makanya ini butuh seni antara produsen dan pembeli bagaimana bisa ketemu harga yang wajar," kata Wiratmaja.(Baca: Menperin Minta Alokasi Gas Blok Masela untuk 3 Perusahaan)

Ia juga mendukung PT  Pertamina (Persero) membeli gas dari Blok Masela. Apalagi, penyerapan produksi migas dari proyek-proyek yang telah ada belum sepenuhnya mampu terserap di dalam negeri. Sepanjang 2016, komitmen pembeli gas dalam negeri hanya tercapai 97 persen dari total produksi.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan pihaknya belum mengetahui besaran harga gas Masela yang cocok bagi Pertamina. "Untuk Masela harus melalui perhitungan yang detail, sesuai aspek komersial yang dibutuhkan Pertamina," kata dia kepada Katadata, Selasa (31/1).

(Baca: Pertamina Siap Beli Gas Masela Asal Harga Cocok)

Selain Pertamina, ada tiga perusahaan yang ingin membeli gas Masela. Mereka adalah PT Pupuk Indonesia dengan alokasi 214 mmscfd, Elsoro Multi Prima sebanyak 160 mmscfd dan Kalimantan Metanol Indonesia (KMI)/Sojitz sebesar 100 mmscfd.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...