Berkat Proyek Tol, Nilai Kontrak Baru Adhi Karya Melesat 18 Persen
Perusahaan konstruksi pelat merah PT Adhi Karya Tbk berhasil mengantongi kontrak baru senilai Rp 16,5 triliun sepanjang 2016. Perolehan tersebut naik 17,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Kontrak paling besar berupa pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota di Jakarta.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata merinci, perusahaannya mendapat proyek enam ruas jalan tol dalam kota Paket I di Jakarta senilai Rp 785,2 miliar. Selain itu, pembangunan rumah susun (rusun) sewa tingkat tinggi Pasar Minggu senilai Rp 481,5 miliar dan pembangunan fasilitas pendukung pos lintas batas negara Entikong di Kalimantan Barat sebesar Rp 210,6 miliar.
“Kontribusi per lini bisnis masih didominasi oleh bisnis kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) sebesar 94,3 persen,” kata Ki Syahgolang dalam keterangan persnya, Selasa (31/1). (Baca juga:Proyek LRT Dibiayai APBN, Adhi Karya Cari Utang Rp 10 Triliun)
Adapun sumber dana kontrak-kontrak baru tersebut paling banyak berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu sebanyak 36,7 persen. Sedangkan yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 35,7 persen dan swasta 27,6 persen.
Sebagian besar kontrak baru tersebut yaitu 45,8 persen merupakan pembangunan gedung. Sisanya, pembangunan jalan dan jembatan sebesar 24,9 persen. Sedangkan proyek dermaga dan infrastruktur lainnya masing-masing mencapai 3,9 persen dan 25,5 persen.
Tahun ini, perusahaan konstruksi milik negara tersebut menargetkan perolehan kontrak baru naik 30,9 persen menjadi Rp 21,6 triliun. Adapun kontrak baru tersebut kemungkinan masih akan didominasi proyek pemerintah yang didanai APBN ataupun APBD. (Baca juga: Pemerintah Siapkan Porsi Besar Dana Infrastruktur untuk Daerah)
Di sisi lain, Adhi Karya menargetkan pendapatan usaha bisa mencapai Rp 14 triliun tahun ini dan laba bersih Rp 505 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan merencanakan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 5,3 triliun yang terdiri dari investasi dan ekuitas anak usaha Rp 4,8 triliun, serta investasi aset tetap senilai Rp 485,9 miliar.