Pemerintah Kaji Teknologi EOR untuk Pacu Produksi Migas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) atau pengurasan sumur tahap lanjut. Penggunaan teknologi ini untuk menjaga dan menaikkan tingkat produksi minyak dan gas bumi (migas).
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja mengatakan penerapan teknologi EOR ini mulai tahun depan dan diharapkan bisa digunakan seluruh kegiatan operasional migas pada 2019. Jika tidak maka ada kekhawatiran anjloknya produksi. (Baca: Masalah Cuaca, Lifting Minyak di Awal 2017 Gagal Capai Target)
Apalagi menurut Data Kementerian ESDM, jika tidak ada upaya apa pun produksi minyak bisa turun mencapai 500.000 barel per hari (bph) pada 2020. Saat ini produksi minyak ada di level 700.000 sampai 800.000 bph. ”Makanya harus ada upaya luar biasa," kata Wiratmaja di Gedung DPR Jakarta, Senin malam (20/2).
Masalahnya, kata Wiratmaja, teknologi EOR ini tidak murah. Penggunaan teknologi ini malah akan menjadi beban negara karena masuk dalam penggantian biaya operasional (cost recovery). Makanya saat ini pemerintah masih membahas secara intensif terkait hal ini, sebelum diimplementasikan secara menyeluruh.
10 KKKS Penghasil Minyak Terbesar 2017
Pembahasan teknologi tersebut juga melibatkan KKKS sebagai operator dari masing-masing blok yang beroperasi di Indonesia. "Setelah itu baru kami hitung berapa biayanya. Setelah kami bahas bersama-sama, kami laporkan tentunya (kepada Menteri ESDM),'' kata Wiratmaja. (Baca: Kementerian ESDM Buat Aturan Pacu Produksi Migas dengan Teknologi)
Sekadar informasi, EOR merupakan suatu metode untuk meningkatkan cadangan minyak pada suatu sumur dengan cara mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi. Metode EOR ini digunakan karena cadangan baru dengan jumlah besar sudah tidak ada, yakni di lapangan-lapangan yang sudah beroperasi.
Selain menggunakan metode EOR, pemerintah juga mendorong kegiatan pengeboran secara masif untuk meningkatkan produksi migas. Langkah ini dinilai dapat membantu menjaga produksi minyak tetap stabil.
Salah satu jenis pengeboran yang bisa dilakukan kontraktor migas adalah melakukan pengeboran ulang sumur (workover) di lapangan-lapangan yang telah berproduksi. "Karena reservoir di indonesia itu kan kecil-kecil tapi tersebar dan banyak , sehingga butuh pengeboran lagi dan lagi," kata Wiratmaja.
Dengan upaya tersebut, diharapkan produksi migas tetap terjaga. Pemerintah menargetkan angka produksi minyak masih tetap di atas 800 ribu barel per hari (bph) sepanjang lima tahun ke depan. (Baca: Sempat Anjlok, Produksi Blok Cepu Berhasil Capai 200 Ribu Barel)