Bank Permata Mulai Likuidasi Agunan untuk Tekan Kredit Macet

Martha Ruth Thertina
Oleh Martha Ruth Thertina - Desy Setyowati
27 Maret 2017, 19:11
bank permata
Donang Wahyu|KATADATA

Manajemen Bank Permata melakukan berbagai upaya untuk menekan tumpukan kredit seret (Non-Performing Loan)  yang membebani keuangan perusahaan. Salah satu upayanya adalah melikuidasi agunan kredit tersebut sejak tahun lalu dan akan terus dilakukan tahun ini. 

Head Corporate Affairs Bank Permata Richele Maramis menyatakan, pihaknya terus melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengelola kualitas aset bank, di antaranya melalui proses restrukturisasi dan rehabilitasi kredit tersebut. "Selain itu mulai berjalannya proses likuidasi dan tindakan hukum terhadap sebagian dari portofolio NPL Bank," katanya kepada Katadata, Jumat (24/3) pekan lalu.

Advertisement

Namun, dia tidak menjelaskan lebih detail perihal proses likuidasi agunan dan tindakan hukum yang ditempuh untuk menyelesaikan kredit seret tersebut. Jika mengacu  laporan keuangan konsolidasi Bank Permata tahun 2016, bank ini sudah melakukan eksekusi jaminan sejak tahun lalu. Tercatat, bank swasta ini memperoleh laba penjualan agunan diambil alih (bersih) sebesar Rp 3,6 triliun, dari tahun sebelumnya yang tidak ada sama sekali.

(Baca juga: Bank Permata Terbebani Kredit Macet Garansindo Rp 1,2 Triliun)

Selain  itu, per Desember 2016, Bank Permata mengidentifikasi portofolio kredit sejumlah Rp 9 triliun yang terkait dengan eksposur-eksposur di luar toleransi risiko yang diperketat. Selanjutnya, bank berencana melikuidasi portofolio ini secara bertahap.

"Saat ini, proses likuidasi masih berlangsung. PermataBank berharap melikuidasi portofolio ini secara bertahap sepanjang tahun dengan harapan penurunan rasio NPL bruto secara bertahap," tulis manajemen Bank Permata dalam laporan keuangannya. Proses restrukturisasi dan penjualan aset untuk memperbaiki rasio NPL ini ditargetkan hingga 30 April mendatang.

Manajemen Bank Permata mengakui kondisi makroekonomi yang memburuk sebagai penyebab lonjakan NPL. Peningkatan NPL terjadi hampir di semua sektor ekonomi. Namun, kenaikan paling signifikan terjadi di sektor industri pengolahan, pertambangan dan transportasi.

Rasio NPL  bank swasta milik Grup Astra dan Standard Chartered Bank ini tercatat mencapai 8,8 persen pada 2016. Rasio tersebut naik lebih dari tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,74 persen.

Alhasil, sepanjang tahun lalu Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) alias provisi pada 2016 mencapai Rp 11,59 triliun. Jumlahnya melompat dibandingkan tahun sebelumnya yang sekitar Rp 3 triliun. Tiga sektor ekonomi yang membukukan provisi terbesar adalah industri pengolahan mencapai Rp 4,7 triliun, transportasi Rp 2,22 triliun dan pertambangan Rp 1,85 triliun.

Salah satu kredit macet yang tengah serius ditangani Bank Permata diketahui milik Grup Garansindo. Sumber Katadata menyebut perusahaan otomotif yang dikenal sebagai agen pemegang merek (APM) mobil dan motor mewah tersebut memiliki tunggakan kredit sebesar Rp 1,24 triliun. 

Manajemen Garansindo masih bungkam perihal kabar kredit macetnya di Bank Permata. Managing Director Garansindo, Dhani Yahya, mengaku tidak berwenang menjelaskan persoalan tersebut. “Tidak bisa komen (komentar) di luar kewenangan saya. Tidak bisa memberi statement (pernyataan) mengenai kredit,” katanya, pekan lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement