Opini Wajar Keuangan Negara, Sri Mulyani: Jaga Tradisi Akuntabilitas

Desy Setyowati
22 Mei 2017, 13:34
Sri Mulyani
Arief Kamaludin|KATADATA

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2016 dapat menjadi momentum untuk terus meningkatkan akuntabilitas. Ujung-ujungnya, transparansi keuangan negara akan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat.

Ia meminta agar jajaran Kementerian Keuangan tidak berlebihan dalam menyikapi opini wajar yang baru pertama kali disematkan kepada laporan keuangan negara dalam 12 tahun terakhir. Sebaliknya, dia mengimbau agar tradisi mempertanggungjawabkan akuntabilitas terus dijalankan sehingga opini WTP tersebut bisa didapat secara berkelanjutan.

Selain itu, opini WTP itu bermanfaat untuk menegakkan transpransi dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Momentum WTP tidak dirayakan secara berlebihan tapi suatu awal untuk menunjukkan tradisi pertanggungjawaban akuntabilitas, transparansi menggunakan APBN untuk kesejahteraan rakyat yang makin adil," ujar Sri Mulyani saat upacara Hari Kebangkitan Nasional di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/5).

(Baca: Pertama Dalam 12 Tahun, Keuangan Pemerintah Pusat Raih Opini Wajar)

Menurut dia, opini WTP semestinya mendorong jajaran Kementerian Keuangan untuk mewujudkan secara nyata bahwa anggaran negara betul-betul digunakan untuk memerdekakan masyarakat dari kemiskinan, ketertinggalan, dan kebodohan. Caranya dengan memperbesar belanja infrastruktur dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) . Saat ini, porsi anggaran pendidikan dan kesehatan dalam APBN masing-masing sebesar 20 persen dan lima persen.

Tahun ini, pemerintah menganggarkan belanja negara sebesar Rp 2.080,5 triliun. Sri Mulyani mendorong agar belanja ini dimaksimalkan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia, tanpa mengenal perbedaan suku dan agama.

"Ini momen kami menyampaikan rasa persatuan dan kesatuan terhadap Indonesia Raya. Indonesia dari awal lahirnya negara bhineka, tidak bisa menjadi hanya satu warna, satu jenis, satu agama, satu ras," katanya.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...