Ditaksir Capai Rp 65 Triliun, Obligasi BUMN Bakal Rajai Pasar
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan obligasi perusahaan pelat merah bakal mencapai Rp 65 triliun dari total penerbitan obligasi yang tahun ini ditaksir sekitar Rp 110 triliun. Kebutuhan untuk mengembangkan bisnis, membangun infrastruktur, dan melakukan investasi lainnya yang menyebabkan BUMN harus mengambil langkah tersebut.
Jumlah obligasi yang akan diterbitkan oleh BUMN meningkat cukup signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 33 triliun. "Obligasi BUMN akan merajai pasar," ujar Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Aloysius menjelaskan, akan ada 25 BUMN yang menerbitkan obligasi tahun ini. Jumlah BUMN yang menerbitkan obligasi tahun ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 20 BUMN.
(Baca juga: Lonjakan Transaksi Ganggu Sistem Bank Mandiri, Dana Nasabah Terpotong)
Tercatat, sepanjang kuartal I tahun 2017, sejumlah BUMN telah menerbitkan obligasi dengan total sebesar Rp 6,75 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dari realisasi penerbitan obligasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 4,65 triliun.
Aloysius menuturkan, banyaknya BUMN yang menerbitkan obligasi ini diimbangi besarnya minat investor. Menurutnya, BUMN memiliki peringkat yang baik untuk melakukan investasi. Terlebih, peruntukan dananya cukup jelas dengan nilai imbal hasil yang cukup baik.
Selain menerbitkan obligasi, Aloysius mengatakan, terdapat beberapa BUMN yang akan melakukan aksi korporasi lainnya. di antaranya adalah penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) 9 anak usaha BUMN. Namun, rencana tersebut kemungkinan baru terealisasi menjelang akhir tahun ini atau mundur dari target sebelumnya, yakni pada semester I 2017. "Tidak ada (di semester I 2017), semuanya di semester II," ujar Aloysius.
(Baca juga: Pelni Ingin Tambah Mitra Konsorsium untuk Beli Kapal Pesiar)
Ditemui pada acara buka bersama Kementerian BUMN (12/6) lalu, Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Massasya yang sedang menyiapkan IPO anak usahanya, yakni PT Jasa Armada Indonesia menyatakan saat ini pihaknya masih melakukan finalisasi. "Kami harapkan Triwulan IV 2017, bisa Oktober atau November," ujar Elvyn. Pelindo II akan melepas sekitar 20 persen saham anak usahanya dengan target mendapatkan dana segar Rp 2 triliun.
Selain Jasa Armada, anak usaha BUMN yang akan melakukan IPO pada tahun ini meliputi anak usaha PT Pertamina (Persero) yaitu PT Tugu Pratama Indonesia Insurance. Sementara, PT Krakatau Steel Tbk juga berminat menjual saham anak usahanya, PT Krakatau Daya Listrik. Begitu pula PT Garuda Indonesia Tbk yang menyiapkan IPO anak usahanya di bidang perawatan (engineering) pesawat, GMF Garuda.
Lalu, di bidang properti, konstruksi dan infrastruktur ada lima anak usaha yang melakukan penawaran saham perdana. Di antaranya adalah dua anak usaha BUMN bidang konstruksi yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Kedua anak usaha tersebut yaitu PT Wijaya Karya Realty dan PT Wijaya Karya Gedung.
(Baca juga: Harga Tiket 20 Kereta Ekonomi Bakal Naik Setelah Lebaran)
Kementerian BUMN memperkirakan dapat meraup dana Rp 21 triliun dari IPO sembilan anak usaha. Saat ini, dari 539 emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), baru sekitar 20 emiten BUMN yang ada di dalamnya. Kapitalisasi pasar 20 emiten BUMN ini sudah mencapai 26 persen dari total yang tercatat di BEI.