Neraca Dagang Agustus Surplus US$ 1,72 Miliar, Tertinggi Sejak 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan surplus sebesar US$ 1,72 miliar pada Agustus, berbalik dari kondisi defisit US$ 271 juta pada bulan sebelumnya. Surplus bulanan ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Salah satu penyokongnya, peningkatan ekspor ke Tiongkok.
"Surplus bulanan terbesar sejak 2012. Terakhir kali mengalami surplus tinggi pada November 2011 sebesar US$ 1,8 miliar, setelah itu turun," kata Kepala BPS Suhariyanto saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Jumat (15/9).
Suhariyanto menjelaskan, kinerja ekspor mengalami peningkatan seiring kenaikan harga beberapa komoditas selain minyak dan gas (non-migas). Komoditas yang dimaksud di antaranya batu bara, minyak sawit mentah (crude price oil/CPO), karet, tembaga, dan nikel. (Baca juga: Harga Barang Tambang Naik, BI Prediksi Neraca Dagang Agustus Surplus)
Ia menduga, kenaikan harga terjadi karena meningkatnya permintaan dari Tiongkok. "Pada Agustus, impor Cina dari seluruh negara naik 13,7%. Juli hanya 7,2%. Jadi, Agustus impor Cina dari seluruh negara itu naiknya memang tinggi. Saya enggak tahu apa yang terjadi, mungkin akan menggerakan ekonomi Cina," kata dia.
Adapun porsi ekspor Indonesia ke Tiongkok telah mencapai 12,84% terhadap total ekspor sepanjang Januari hingga Agustus (year to date/ytd), naik dari sebesar 9,98% pada 2016 lalu. "Jadi kami lihat di kuartal III tentu (kenaikan permintaan dari Tiongkok) akan pengaruh ke ekspor Indonesia karena share kita ke Cina itu 12,8%," ucapnya.
Secara keseluruhan, Suhariyanto memaparkan, nilai ekspor pada Agustus sebesar US$ 15,21 miliar atau meningkat 11,73% dari bulan sebelumnya (month to month/mtm). Ekspor non-migas naik 11,93% menjadi US$ 13,93 miliar, sedangkan ekspor migas naik 9,61%.
Secara sektoral, ada dua industri yang ekspornya mengalami peningkatan. Pertama, industri pertanian. Komoditas yang mengalami kenaikan ekspor (mtm) di antaranya tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, sayuran, dan biji kakao. Kedua, industri pengolahan. Komoditas yang mengalami kenaikan ekspor yaitu minyak kelapa sawit, barang perhiasan dan barang berharga, serta logam.
Di sisi lain, impor tercatat sebesar US$ 13,49 miliar atau turun 2,88% (mtm). Secara rinci, impor barang konsumsi naik 9,39%; bahan baku turun 3,47%; dan, barang modal turun 5,95%. "Wajar untuk bahan baku dan barang modal turun secara bulanan karena bulan lalu naiknya tinggi," kata dia. (Baca juga: Impor Barang Modal Naik 63%, Juli Defisit Dagang Pertama Sejak 2015)
Dengan perkembangan tersebut, neraca dagang Indonesia telah membukukan surplus sebesar US$ 9,11 miliar sepanjang Januari-Agustus. Surplus tersebut didapat dari ekspor yang sebesar US$ 108,8 miliar dan impor US$ 99,7 miliar.