IHSG Pekan Ini Diprediksi Menguat Meski Investor Masih 'Wait and See'
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diprediksi bisa menguat meski tidak signifikan. IHSG terkoreksi cukup dalam pada perdagangan sepekan yang lalu. IHSG ditutup pada level 6.383,07 pada perdagangan Jumat (8/3), atau terkoreksi 1,8% dibandingkan posisi penutupan perdagangan pekan sebelumnya di level 6.499,88.
Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe memprediksi, pekan ini IHSG masih akan bergerak di antara level 6.350 hingga 6.600 dengan kecenderungan menguat. "Masih side way di range itu, sambil menunggu pemilu (pemilihan umum) di bulan April. Jadi, IHSG tidak ke mana-mana," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (8/3).
Kiswoyo mengatakan, investor masih melakukan aksi menunggu (wait and see) terhadap hasil pesta rakyat lima tahunan tersebut, meski pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh emiten-emiten yang bakal mengeluarkan laporan keuangan tahunan. Namun, sentimen dari laporan keuangan tahunan emiten tidak banyak mempengaruhi laju IHSG.
"Laporan keuangan hanya tik-tok di range itu pengaruhnya, kalau lebih tinggi lagi, sedikit susah karena ada faktor pemilu di bulan depan. Jadi, investor wait and see," ujarnya menambahkan.
(Baca: Terkoreksi 1,8% Selama Sepekan, IHSG Tinggalkan Level 6.400)
Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya memiliki pandangan yang senada. William memprediksi laju IHSG hari ini, Senin (11/3), bakal menguat seiring dirilisnya data cadangan devisa Indonesia oleh Bank Indonesia (BI). BI mengumumkan cadangan devisa akhir Februari 2019 sebesar US$ 123,3 miliar atau naik US$ 3,2 miliar dibandingkan posisi akhir Januari sebesar US$ 120,1 miliar. Kenaikan cadangan devisa disebabkan penerbitan surat utang negara berbasis syariah atau sukuk global pemerintah.
"Ditambah dengan adanya rilis data perekonomian tentang penjualan ritel yang diperkirakan akan terdapat peningkatan, semakin menunjukkan kondisi fundamental perekonomian negara yang cukup solid dan kuat," kata William Surya seperti dikutip dari risetnya.
Fundamental yang kuat ini, dapat menjadi sentimen positif yang kuat untuk kembali mendorong kenaikan IHSG dalam jangka panjang. Selain itu, menurutnya, dapat mengembalikan arus masuk ke dalam pasar modal Indonesia, sehingga IHSG berpotensi naik di kisaran level 6.336 hingga 6.498.
Namun, Kiswoyo memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Menurutnya rilis data ekonomi Indonesia pengaruhnya kecil terhadap laju IHSG karena sentimen pemilu lebih besar. "Data ekonomi tidak ada masalah, masih netral semua saya lihat. Tidak begitu berpengaruh dari pada menunggu pemilu," katanya.
(Baca: Indosterling Prediksi IHSG Akhir Tahun ini Menguat 12%)
Selama perdagangan pekan kemarin IHSG terkoreksi cukup dalam, namun selama sepekan tersebut investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 1,29 triliun di seluruh pasar. Sedangkan pada pasar reguler investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih senilai Rp 2,74 triliun. Dengan catatan tersebut, sejak awal tahun investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 11,57 triliun dan di pasar reguler tercatat beli bersih senilai Rp 5,41 triliun.
Rekomendasi Saham Pekan Ini
Pada perdagangan pekan kemarin, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk. (CSIS) menjadi emiten yang mengalami kenaikan harga saham paling tinggi yaitu sebesar 97,1% menjadi Rp 138 per lembar saham. Mengekor di belakangnya adalah saham PT Dewata Freightinternational Tbk. (DEAL) yang mengalami kenaikan sebesar 25,7% menjadi Rp 1.075.
Sementara itu, saham PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) menjadi saham yang mengalami penurunan nilai paling besar. Selama sepekan kemarin, saham LPPF terkoreksi hingga sebesar 32,5% menjadi Rp 3.880 per lembar saham. Saham yang paling buntung berikutnya yaitu saham PT Armada Berjaya Trans Tbk. (JAYA) yang terkoreksi 28,0% menjadi Rp 428 per lembarnya.
(Baca: Pendapatan Turun, Indosat Rugi Rp 2,4 Triliun pada 2018)
Kiswoyo menyebutkan, ada beberapa saham pada minggu ini yang dapat menjadi rekomendasi. "Bisa mencari saham blue chips karena penggerak IHSG dipengaruhi (oleh saham blue chips), belinya saat merah," katanya. Dia mencontohkan saham PT Unilever indonesia Tbk. (UNVR) yang saat ini sedang koreksi 1,64% pada perdagangan Jumat (8/3) menjadi Rp 48.100 per lembar atau PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang terkoreksi 1,88% menjadi Rp 26.100.