Menilik 3 Alasan Pemecatan Terawan oleh IDI
Nama Terawan Agus Putranto kembali diperbincangkan sejak Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi memecatnya. Pada pembahasan kali ini kita akan mengulas tentang profil Terawan Agus Putranto dan alasan dibalik pemecatan dirinya. Informasi lebih lengkap sebagai berikut.
Profil Terawan Agus Putranto
Terawan Agus Putranto atau yang lebih akrab dipanggil dokter Terawan merupakan mantan Menteri Kesehatan Indonesia 2019-2020. Mengutip dari tirto.id, dijelaskan bahwa selain dikenal sebagai mantan Menteri Kesehatan, Terawan juga dikenal sebagai dokter spesialisasi di bidang radiologi.
Terawan lahir di Yogyakata, 5 Agustus 1964. Sebelum menjadi menteri, beliau mengeyam pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya. Setelah itu, Terawan meneruskan studi doktoral di Universitas Hassanuddin, Makassar.
Adapun beberapa karir yang pernah dijalaninya antara lain:
- Tim Dokter Kepresidenan Indonesia (2009)
- Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
- Ketua World International Committee of Military Medicine
- Ketua ASEAN Association of Radiology
- Kepala RSPAD Gatot Soebroto Indonesia (2015)
- Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPYo) Yogyakarta, Indonesia (2016)
- Tentara Indonesia
- Dokter Indonesia (1990)
- Menteri Kementerian Kesehatan (2019-2020)
Alasan Terawan Dipecat IDI
Di balik karirnya yang mentereng, Terawan sering melakukan hal-hal yang terbilang kontroversional. Bahkan, kini Terawan Agus Putranto resmi dipecat dari IDI. Keputusan tersebut dicakan langsung dalam Muktamar Pengurus Besar IDI di Banda Aceh pada 25 Maret 2022 lalu. MKEK IDI menuturkan tiga poin dalam keputusan tersebut.
- Memberhentikan Terawan secara permanen sebagai anggota IDI.
- Pemberhentian tersebut dilakukan oleh Pengurus Besar IDI selamat-lambatnya 28 hari kerja.
- Ketetapan tersebut berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Berdasarkan keputusan tersebut, maka dokter Terawan tidak bisa mengurus izin praktik. Hal ini dikarenakan saat ini IDI masih mempunyai kewenangan untuk memberikan surat kompetensi dokter dan surat tanda registrasi dokter.
Berdasarkan penjelasan di katadata.co.id, setidaknya ada tiga hal yang menjadi alasan Terawan dipecat IDI. Alasan pertama adalah praktik “cuci otak” yang dilakukannya. MKEK menganggap Terawan tidak mempunyai itikad baik setelah diberikan sanksi terkait metode cuci otak pada 2018 lalu. Ketua MKEK menyebutkan Terawan belum memberikan bukti telah menjalani sanksi etik selama periode 2018-2022.
Alasan kedua Terawan dipecat, adalah karena ia aktif mempromosikan Vaksin Nusantara secara luas, walaupun penelitiannya belum selesai. Dalam beberapa kesempatan Terawan gencar mempromosikan vaksin tersebut, bahkan setelah ia tidak lagi menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
Manuver Terawan membentuk perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) juga menjadi salah satu alasan Terawan dipecat. MKEK menganggap aktivitas tersebut tidak sesuai prosedur. MKEK bahkan menyebut menemukan surat edaran PDSRKI yang menginstruksikan agar anggota organisasi ini tidak menghadiri acara Muktamar IDI.
Sekilas Tentang Terapi Cuci Otak
Salah satu alasan Terawan dipecat yaitu karena mempromosikan metode digital subtraction angiopgraphy (DSA) atau terapi cuci otak. Promosi metode tersebut dianggap telah melanggar kode etik.
Berdasarkan penjelasan di situs Stanford Health Care, metode DSA sebenarnya hal yang wajar dalam dunia kedokteran. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran pembuluh darah di otak untuk mendeteksi penyakit stroke.
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan kateter lewat arteri di kaki dan mengalirkannya ke pembuluh darah di otak. Selanjutnya, petugas akan menyuntikkan cairan kontrak yang bisa memberikan gambaran lengkap tentang pembuluh darah di organ dalam.
Dalam berita yang dipublikasikan di katadata.co.id pada 26 Maret 2022, disebutkan bahwa Terawan telah bertindak lebih jauh dalam penggunaan metode ini. Praktik cuci otak yang dilakukan Terawan tidak hanya menyuntikkan cairan kontras namun juga memasukkan heparin ke pembuluh darah. Sebagai pengetahuan, heparin merupakan obat khusus yang fungsinya untuk mengencerkan darah.
Terawan meneliti metode ini sebagai disetasi program doktoral untuk mengetahui dampak heparin pada pasien stroke iskemik. Menurut hipotesisnya, memasukkan heparin dalam pembuluh otak dapat meningkatkan aliran darah hingga 20% dalam jangka waktu 73 hari.
Metode DSA yang diteliti Terawan menjadi kontroversi di dunia kedokteran. Pasalnya, DSA umumnya hanya digunakan untuk mendeteksi penyakit, bukan mengobati seperti yang dilakukan Terawan.
PB Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI juga menganggap terapi cuci otak ini belum terbukti secara klinis, sehingga berpotensi membahayakan pasien. Majelis tersebut akhirnya memberikan rekomendasi sanksi kepada Terawan atas metode yang ditelitinya.