Tiongkok Tak Berminat Geser Dominasi Dolar dengan Yuan Digital
Bank Sentral Tiongkok menyatakan akan memfokuskan mata uang digital-nya untuk penggunaan domestik. Penerbitan yuan digital tak bertujuan untuk menggeser dominasi dolar AS.
"Untuk internasionalisasi renminbi, kami telah berkali-kali mengatakan bahwa ini adalah proses alami dan tujuan kami bukanlah untuk menggantikan dolar AS atau mata uang Internaional lainnya," Kata Deputi Gubernur People Bank of China, Minggu (18/4), seperti dikutip dari Bloomberg.
Li mengatakan, pihaknya bertujuan memungkinkan pasar untuk memilih, memfasilitasi perdagangan dan investasi internasional. Bank Sentral Tiongkok saat ini sedang menguji penggunaan yuan digital dalam berbagai program percontohan di seluruh negeri.
Sebuah laporan awal pekan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Biden meningkatkan pengawasannya terhadap kemajuan Tiongkok dalam mengimplementasikan yuan digital. Mata uang digital Tiongkok ini dikhawatiran menggantikan dolar AS dalam jangka panjang.
PBOC telah mengerjakan mata uang digital sejak 2014. Pergerakannya telah meningkatkan minat bank-bank sentral dan pembuat kebijakan lainnya. Adapun penyebaran cryptocurrency menimbulkan kesan bahwa persaingan untuk mendapatkan uang tunai biasa dapat mengubah cara sektor keuangan bertransaksi.
PBOC semakin dekat untuk menjadi bank sentral besar pertama yang meluncurkan mata uang virtual. Tiongkok tengah menguji coba mata yuan digital untuk konsumen dan bisnis di 11 kota di seluruh negeri.
"Motivasi untuk e-yuan, setidaknya untuk saat ini, berfokus terutama pada penggunaan rumah tangga," kata Li.
Li menjelaskan, interoperabilitas internasional merupakan masalah yang sangat kompleks. PBOC, menurut dia, tidak terburu-buru untuk mencapainya, tetapi memungkinkan penggunaan lintas batas yuan digital dalam jangka panjang.
Bank sentral berencana untuk menguji penggunaan yuan digital lintas batas di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. E-yuan nantinya dapat digunakan oleh atlet dan pengunjung dari luar negeri.
Agustin Carstens, General Manager Bank for International Settlements, mengatakan pada panel yang sama terdapat potensi yang sangat besar dalam penggunaan mata uang digital lintas batas. Mata uang digital dapat membuat transaksi valuta asing dan penyelesaian pembayaran menjadi sangat efisien.
Dia mengatakan negara-negara dapat mengeksplorasi berbagai cara untuk mencapai interoperabilitas internasional, termasuk membuat sistem yang berbeda kompatibel dan menciptakan hubungan konektivitas antar sistem.
Bahamas mengungguli Tiongkok dalam implementasi mata uang digital bank sentral. Namun, digitalisasi yuan dapat menguntungkan penggunanya dalam transaksi lintas batas.
"Faktor kunci dalam menentukan peran global mata uang adalah apakah China akan melonggarkan kontrol modalnya. Jika Anda mau untuk memiliki mata uang cadangan global, Anda harus mengizinkan orang asing untuk memegangnya, untuk menggunakannya," kata Shen Jianguang, Kepala Ekonom di JD.com Inc.
Shen mengatakan, Tiongkok juga perlu mengizinkan warganya untuk membeli lebih banyak aset asing, mengembangkan lebih lanjut pasar keuangannya, dan memungkinkan fleksibilitas nilai tukar yang lebih besar untuk mendorong internasionalisasi yuan.
Tiongkok telah menyaksikan banjir aliran modal ke pasar keuangannya sejak tahun lalu, meningkatkan jumlah yuan yang diperdagangkan secara global. Namun, dalam konteks pasarnya yang luas, kepemilikan asing atas saham dan obligasi lokal masih relatif rendah, masing-masing sekitar 5% dan 3%. Bagian yuan dari pembayaran global dan cadangan bank sentral hanya sekitar 2%.
"Yuan digital adalah sarana untuk membantu efisiensi kebijakan moneter dan penggunaan lintas batas dengan mitra yang cenderung berdagang dengan Tiongkok dalam barang dan jasa, tidak seperti ekonomi utama seperti AS," kata Stephen Chiu, Asia FX dan ahli strategi tarif Bloomberg.
Digital atau tidak, menurut dia, tidak mudah untuk memindahkan dominasi dolar, baik itu sebagai penyelesaian perdagangan atau mata uang cadangan.
Rencana awal untuk mata uang digital tidak dimotivasi oleh pertimbangan penggunaan lintas batas, menurut mantan Gubernur Bank Rakyat China Zhou Xiaochuan, yang mencatat bahwa ada banyak masalah dengan penggunaan mata uang digital lintas batas negara. "Penggunaan internasional dapat memengaruhi independensi kebijakan moneter, dan yang penting itu tidak digunakan untuk kejahatan, katanya.