Malaysia Salip Indonesia Jadi Pemasok Utama Minyak Sawit India
Malaysia menyalip Indonesia sebagai pengekspor minyak sawit mentah (CPO) terbesar ke negara konsumen utama, India. Ini terjadi setelah pemerintah menerapkan pajak tinggi atas ekspor minyak nabati pada tahun lalu.
Ekspor minyak sawit Malaysia ke India melonjak 238% menjadi 2,42 juta ton dalam tujuh bulan pertama tahun pemasaran 2020-2021 yang dimulai pada 1 November, menurut data yang dikumpulkan oleh The Solvent Extractors' Association of India (SEA), sebuah badan perdagangan Penyuling dan pedagang minyak nabati India. Selama periode tersebut, pengiriman minyak sawit Indonesia ke India turun 32% menjadi 2 juta ton.
Itu terjadi setelah Indonesia memberlakukan pungutan yang lebih tinggi pada ekspor minyak sawit mentah pada Desember. Pungutan ini bertujuan untu mengumpulkan dana bagi program biodiesel berbasis sawit yang bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan minyak nabati di dalam negeri. Pungutan ekspor Indonesia berada pada level tertinggi selama lima bulan berturut-turut.
“Pekebun Malaysia diuntungkan dari pungutan ekspor Indonesia. Mereka mendapatkan pangsa pasar dengan menawarkan minyak sawit dengan harga diskon dibandingkan pasokan Indonesia,” kata B.V. Mehta, direktur eksekutif SEA, seperti dikutip dari Reuters.
Sandeep Singh, direktur The Farm Trade, sebuah perusahaan konsultan dan perdagangan yang berbasis di Kuala Lumpur mengatakan, peningkatan pengiriman Malaysia ke India bagaimanapun akan terbatas karena Indonesia akan memangkas pajak ekspor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintah akan memangkas tarif pagu untuk pungutan CPO menjadi US$ 175 per ton dari US$ 255, tanpa memberikan kerangka waktu.
Indonesia mengenakan bea dan retribusi sebesar US$438 per ton untuk pengiriman minyak sawit pada bulan Juni. Sebagai perbandingan, bea ekspor Juni di saingannya Malaysia hampir US$90.
"Hal ini membantu eksportir Malaysia untuk menawarkan minyak sawit dengan diskon besar bahkan setelah mempertahankan margin yang sehat," kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian di pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.
Para dealer mengatakan, eksportir Malaysia menawarkan harga lebih rendah sebesar US$100 per ton pada bulan Mei tetapi sekarang menawarkan potongan harga lebih kecil US$25 karena Indonesia akan mengurangi pungutan ekspor.
"Dengan pasar mengalami penurunan tajam lebih dari 25% dalam 2 minggu terakhir dan juga diskusi tentang pengurangan pungutan minyak Indonesia, peralihan kembali ke Indonesia mungkin akan segera terjadi," kata Singh.
Pemerintah mencatat minyak sawit mentah dan minyak inti sawit mentah atau Crude palm oil dan crude palm oil kernel oil menjadi dua komoditas dengan nilai pungutan ekspor terbesar, yakni US$ 55 per ton. Biodiesel minyak sawit, biji sawit dan kernel kelapa sawit, buah sawit, serta bungkil memiliki nilai ekspor US$ 25 per ton. Tandan buah kosong mendapat nilai ekspor terendah, yaitu US$ 15 per tonnya.