Bank Sentral Inggris Beri Sinyal Naikkan Bunga Akibat Lonjakan Inflasi

Abdul Azis Said
19 Oktober 2021, 09:19
inggris, bank sentral inggris, inflasi, suku bunga
KatadataANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/HP/djo
Ilustrasi. Bank Sentral Inggris memperkirakan, kenaikan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi mungkin dapat bertahan lama dengan risiko kenaikan yang lebih tinggi.

Bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) memberilan sinyal akan mulai menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama kalinya sepanjang pandemi Covid-19 seiring risiko inflasi yang meningkat.

Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan, lonjakan inflasi mungkin hanya akan bersifat sementara. Kendati demikian, kenaikan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi mungkin dapat bertahan lama dengan risiko kenaikan  yang lebih tinggi. 

"Kebijakan monter tidak dapat membantu mengatasi masalah dari sisi supply, kami harus bertindak dan harus melakukan sesuatu jika kita melihat risiko, terutama terhadap inflasi dan ekspektasi inflasi jangka menengah," kata Bailey awal pekan ini seperti dikutip dari Reuters,  Senin (18/10).

BoE telah memperkirakan tingkat inflasi Inggris akan melampaui 4%, dua kali lebih tinggi dari targetnya. Hal ini dipengaruhi kegiatan ekonomi dunia yang mulai dibuka kembali, kekurangan pasokan dan staf, dan pada saat yang sama juga menghadapi lonjakan harga energi.

"Dan itulah mengapa kami di Bank of England telah memberi sinyal, dan ini adalah peringatan lainnya bahwa kami harus bertindak. Tapi tentu saja tindakan itu akan diumumkan dalam pertemuan kebijakan moneter kami," kata Bailey.

Pasar mulai mengantisipasi BoE akan memulai rencana tersebut akhir tahun ini atau awal tahun depan. Dengan demikian, BoE juga diramal akan menjadi bank sentral besar pertama di dunia yang akan memulai mengakhiri periode stimulus moneternya.

Bailey juga mengkhawatirkan keterbatasan jumlah tenaga kerja saat ekonomi mulai naik. Meski demikian, ia juga menyebut pasar tenaga kerja di Inggris telah bangkit lebih kuat, ditandai dengan jumlah pekerja muda dan tua yang masuk ke pasar tenaga kerja telah meningkat.

Pengumuman itu datang setelah pasar mulai mengantisipasi bank sentral AS, The Federal Reserve juga akan memulai tapering off berupa pengurangan pembelian asetnya dalam waktu dekat. The Fed berencana memulai tapering paling cepat pertengahan bulan depan atau pada Desember. Rencana ini akan diumumkan pada pertemuan pejabat bank sentral awal bulan depan.

The Fed diketahui membeli aset pemerintah senilai US$ 120 miliar yang terdiri atas US$ 80 miliar berupa US Treasury dan US$ 40 miliar sekuritas berbasis hipotek. Berdasarkan notulen rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) edisi September yang dirilis pekan lalu, The Fed akan mulai mengurangi pembelian tersebut sebesar US$ 15 miliar, terdiri atas pengurangan US$ 10 miliar untuk obligasi pemerintah dan US$ 5 miliar melalui sekuritas berbasis hipotek.

Di sisi lain, pasar juga mengantisipasi The Fed akan memulai kenaikan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi awal 2023. Separuh dari anggota komite FOMC dalam rapat bulan lalu diketahui mulai melihat kenaikan suku bunga bisa dilakukan lebih cepat mulai tahun depan. Pasar memperkirakan rencana ini akan dilakukan pada kuartal III 2022 setelah pembelian aset berakhir pertengahan tahun depan.

Rencana kenaikan suku bunga tersebut sebagai respon pejabat The Fed terhadap inflasi tinggi yang diramal masih akan bertahan lebih lama. Gubernur The Fed Jerome Powell akhir bulan lalu juga sempat mengatakan bahwa inflasi yang memanas akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan akibat kendala rantai pasok.

Sementara pemerintah AS melaporkan inflasi masih terus memanas, bulan lalu sebesar 5,3% secara year-on-year (yoy). Ini merupakan rekor tertinggi sejak Januari 1991.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...