Jokowi Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan

Rizky Alika
10 November 2021, 09:48
Jokowi, hari peringatan pahlawan, upacara hari peringatan pahlawan
Youtube/Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo menjadi pemimpin upacara hari peringatan pahlawan di TMP Kalibata, Jakarta pada Rabu (10/11).

Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara ziarah nasional dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan  di Taman Makam Pahlawan (TMP) Nasional Utama Kalibata, Jakarta.

Jokowi hadir bersama dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Turut hadir pula sejumlah pimpinan lembaga negara.

Upacara dimulai sekitar pukul 08.10 WIB. Seremoni diawali dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan. Acara  kemudian dilanjutkan dengan mengenang pertempuran perang di Surabaya serta mengheningkan cipta untuk para pahlawan.

"Untuk mengenang jasa para pahlawan dan pejuang-pejuang bangsa, mengheningkan cipta dimulai," kata Jokowi di TMP Kalibata, Jakarta, Rabu (10/11).

Mantan Wali Kota Solo kemudian meletakkan karangan bunga. Upacara dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

"Izinkan generasi kami mewujudkan cita-cita mereka yang berjuang memerdekakan bangsa," kata Yaqut.

Sebelum upacara berakhir, seluruh petugas dan peserta upacara melakukan penghormatan terakhir kepada arwah pahlawan. Jokowi lantas meninggalkan lapangan upacara serta melanjutkan dengan tabur bunga.

Pertempuran di Surabaya terjadi pada 10 November 1945. Melansir dari situs bone.go.id, setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengeluarkan peraturan mengharuskan pengibaran bendera merah putih mulai 1 September 1945. Gerakan tersebut dilakukan di seluruh wilayah NKRI, termasuk Surabaya.

Beberapa minggu setelah peraturan tersebut diterapkan, tentara Inggris kembali datang ke Indonesia dan tiba di Surabaya pada 25 September 1945. Tentara Inggris tersebut begabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dan datang bersama NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tugas dari tentara sekutu tersebut yaitu melucuti tentara Jepang dan memulangkan ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh tentara Jepang, serta mengembalikan Indonesia ke tangan Belanda. Tentu saja tugas dari sekutu ini menimbulkan kemarahan masyarakat, khususnya yang tinggal di Surabaya. Hal ini lah yang kemudian muncul pertempuran 10 November 1945.

Banyaknya orang yang tidak setuju dengan tindakan tentara Inggris memunculkan kerumunan di depan Hotel Yamato, Surabaya, dan menuntut penurunan bendera Belanda serta mengkibarkan kembali Merah Putih. Tanggal 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia melakukan musyawarah dengan pihak Belanda.

Perundingan tersebut berakhir meruncing karena WV Ch Ploegman, pemimpin organisasi Indo Europesche Vereniging (IEV) yang diangkat NICA menjadi walikota Surabaya, mengeluarkan senjata api hingga akhirnya menimbulkan pertikaian.

Ploegman kemudian tewas oleh Residen Soedirman, Sidik, di Hotel Yamato. Pada saat itu juga terjadi kericuhan yang mengakibatkan warga mendesak masuk ke dalam hotel.

Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek warna biru di bendera Belanda sehingga tersisa warna Merah dan Putih saja yang merupakan bendera Indonesia. Pada 29 Oktober di tahun yang sama, Indonesia dan sekutu akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Akan tetapi kesepakatan tersebut diingkari, kedua belah pihak kembali bentrok. Pertempuran tersebut menyebabkan Brigjen Mallaby tewas. Sepeninggalan Mallaby, pimpinan tentara sekutu digantikan oleh Mayor Jenderal Robert Mansergh.

Mayor jenderal tersebut kemudian mengeluarkan ultimatum yang mengharuskan pimpinan serta masyarakat Indonesia yang memiliki senjata melapor dan menyimpan senjatanya pada tempat tertentu. Selain wajib lapor, masyarakat Indonesia juga diminta untuk menyerahkan diri dan mengangkat tangan di atas sampai batas ultimatum pada 10 November 1945 pukul enam pagi.

Tentu saja ultimatum tersebut membuat masyarakat Surabaya marah dan menyebabkan pertempuran selama tiga minggu. Adapun tokoh yang berjuang dalam pertempuran ini, antara lain Sutomo, KH Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Reporter: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...