WHO Peringatkan Tak Anggap Remeh Varian Omicron

Agustiyanti
7 Januari 2022, 07:32
varian omicron, omicron, vaksin Covid-19, delta, varian delta, Afrika, WHO
photos.hq.who.int
Pelaksanaan vaksinsi Covid-19 di Afrika yang dilakukan WHO. Lembaga ini kembali menyerukan distribusi dan akses vaksin Covid-19 yang adil bagi seluruh penduduk dunia di tengah lonjakan kasus akibat varian Omicron.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan semua pihak untuk tak meremehkan varian Omicron meski sebagian besar gejala yang dihasilkan lebih ringan dari Delta. Infeksi Covid-19 varian Omicron tak boleh dikategorikan penyakit ringan.  

Pimpinan WHO untuk manajemen klinik Janet Diaz mengatakan, studi klinis awal menunjukkan risiko rawat inap akibat infeksi varian Omicron lebih rendah dibandingkan Delta. Ia juga melihat ada penurunan risiko keparahan pada orang yang lebih muda dan lebih tua. 

Advertisement

Pernyataan tentang pengurangan risiko penyakit parah berpadu dengan data lain, termasuk studi dari Afrika Selatan dan Inggris. Namun, data-data tersebut sejauh ini tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang studi atau usia kasus yang dianalisis.

Dampak varian Omicron pada orang tua adalah salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab karena sebagian besar kasus yang dipelajari sejauh ini terjadi pada orang yang lebih muda.

"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, itu tidak berarti varian ini harus dikategorikan sebagai ringan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (6/1), seperti dikutip dari Reuters

Ia mengatakan, Omicron seperti halnya varian sebelumnya, Omicron dapat membuat seseorang membutuhkan rawat inap hingga menyebabkan kematian. Dia memperingatkan potemsi terjadinya "tsunami"  dipicu oleh  penyebaran Omicron dan Delta. Kondisi ini  dapat membuat sistem perawatan kesehatan kewalahan, dan pemerintah berjuang untuk menjinakkan penyebaran virus. 

Tedros pun mengulangi seruannya terkait distribusi dan akses vaksin Covid-19 yang adil bagi seluruh penduduk dunia.  Berdasarkan tingkat peluncuran vaksin saat ini, 109 negara kemungkinan tidak akan mampu mencapai target WHO yakni 70% populasi sudah divaksinasi penuh pada Juli. 

"Peningkatan demi peningkatan vaksinasi di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran tetap sama sekali tidak terlindungi," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement