WHO: Vaksin Sinovac-Sinopharm Mampu Cegah Kematian Akibat Omicron

Rizky Alika
6 Januari 2022, 16:15
sinovac, sinopharm, who, omicron
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/aww.
Petugas Dinas Kesehatan menyiapkan suntikan vaksin Sinovac di Sekolah Dasar Negeri 5 Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Kamis (27/5/2021). Dinas Kesehatan setempat mulai melakukan vaksinsi kepada guru seiring telah dimulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan COVID-19 untuk jenjang SD dan SMP.

Vaksin Covid-19 Sinopharm dan Sinovac banyak digunakan di Tiongkok dan Indonesia. Seorang pejabat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kedua vaksin itu bisa melindungi seseorang dari sakit parah, rawat inap, dan kematian akibat tertular varian Omicron.

Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud menilai hal tersebut beberapa hari setelah studi laboratorium awal menunjukkan tiga dosis Sinovac tidak menghasilkan antibodi yang cukup untuk mencegah infeksi dari varian baru. Meski demikian, vaksin memiliki tingkat yang berbeda dalam pencegahan infeksi.

"Namun sejauh ini semuanya mencegah kematian. Kami memprediksi kemampuan vaksin untuk mencegah (penyakit) parah, rawat inap dan kematian akan dipertahankan, ”kata Mahamud seperti dikutip dari The South China Morning Post, Kamis (6/1).

Meskipun Omicron dapat menghindari antibodi dan menyebabkan infeksi, sebuah bukti muncul bahwa vaksin Covid-19 mampu melindungi terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian. Perlindungan itu merupakan respons dari sel T.

Tubuh manusia memiliki lapisan kekebalan yang berbeda. Ketika antibodi gagal mencegah infeksi, sel T, sejenis sel darah putih yang menyerang sel terinfeksi, dapat membentuk lapisan pertahanan lain.

“Sel T mempertahankan kemampuan untuk mengenali (varian) dan melindungi dari penyakit parah,” ujar dia.

Studi terpisah dari Afrika Selatan dan Belanda menemukan bahwa sel-T masih bertahan melawan Omicron pada orang yang memiliki mRNA atau vaksin vektor.

Para peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong dan Universitas Melbourne juga menemukan bahwa sel-T pada pasien yang pulih atau orang yang divaksinasi mampu mengenali berbagai fragmen protein virus corona yakni epitop. Sedangkan respons sel yang kuat bisa meningkatkan respons imun terhadap Omicron atau varian lain. 

Mahamud mengatakan, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas saluran pernapasan, tidak seperti varian lain yang dapat menyebabkan pneumonia parah. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan hasilnya.

Adapun, kasus Covid-19 telah melonjak di seluruh dunia sejak Omicron terdeteksi pada November. Meski begitu, tingkat rawat inap dan kematian lebih rendah daripada gelombang sebelumnya.

Sementara, Mahamud menilai masih terlalu dini untuk memutuskan apakah vaksin khusus Omicron akan diperlukan. Keputusan tersebut memerlukan koordinasi global dan tidak boleh diserahkan kepada produsen vaksin.

Menurutnya, pendekatan terbaik untuk mengurangi dampak dari varian tersebut adalah memenuhi target WHO untuk memvaksinasi 70 persen populasi di setiap negara dibandingkan menawarkan vaksin dosis ketiga atau keempat (booster) di beberapa negara.

Sedangkan vaksinasi Covid-19 di Indonesia hingga Rabu (5/1) telah mencapai 285,14 juta dosis. Rinciannya, vaksinasi dosis 1 telah diberikan sebanyak 167,53 juta dosis, 115,08 juta untuk dosis 2 dan sebanyak 2,53 juta dosis lainnya untuk vaksinasi gotong royong.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...