Mengenali Gejala Covid-19 XBB dan XBC Dibanding Flu Biasa
Pemerintah mengumumkan virus corona SARS-CoV-2 subvarian Omicron XBB dan XBC telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian omicron baru dilaporkan sudah terdeteksi di 24 negara.
Subvarian XBB sebelumnya telah dilaporkan menyebabkan lonjakan kasus konfirmasi positif di Singapura, sehingga mempengaruhi kebutuhan perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Adapun penularannya berasal dari transmisi lokal dan transmisi luar negeri.
Omicron XBB memiliki kapasitas untuk menularkan dengan lebih cepat dan mudah, namun jenis mutasi ini dinyatakan tidak memiliki fatalitas yang lebih buruk daripada virus Omicron.
Dengan kasus dan beberapa fakta yang ada menyimpulkan jika jenis mutasi ini mudah untuk menularkan virusnya pada orang lain namun tidak memiliki tingkat fatalitas yang tinggi. Penularannya juga dapat berasal dari droplet maupun sentuhan fisik dari pengidap. Oleh sebab itu, protokol kesehatan harus tetap dijaga.
Gejala Covid-19 XBB dan XBC
Omicron XBB juga menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di beberapa waktu terakhir. Dikutip dari laman hellosehat.com, ada beberapa ciri-ciri Omicron XBB dan XBC yang trennya tengah menanjak di banyak negara.
Pertama, lidah tidak bisa merasakan, hidung tidak bisa mencium bau, sakit tenggorokan, batuk, pilek atau hidung tersumbat. Orang yang terinfeksi COVID XBB dan XBC dapat mengalami gejala mirip flu, berupa batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Namun, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, terdapat perbedaan durasi munculnya gejala usai terinfeksi virus influenza dengan coronavirus.
Gejala batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan akibat flu dapat muncul sekitar 1-4 hari setelah terinfeksi. Sementara, gejala infeksi SARS-CoV-2 bisa muncul setelah 2-5 hari. Dalam beberapa kasus, gejala Covid-19 muncul 14 hari setelah terinfeksi. Selain itu, Covid-19 bisa menyebabkan batuk berlangsung terus-menerus selama lebih dari satu jam.
Gejala lain orang yang terinfeksi Covid-19 subvarian Omicron XBB dan XBC, adalah mengalami sesak napas. Seperti gejala infeksi virus corona umumnya, pengidap COVID XBB dan XBC sangat mungkin mengalami sesak napas. Namun, tidak semua gejala kesulitan bernapas berbahaya. Gejala yang timbul bisa berupa susah bernapas lega seperti saat terkena flu.
Kemudian, orang yang terinfeksi subvarian Omicron XBB dan XBC juga mengalami mual, muntah, dan sakit perut atau diare. Pasien Covid-19 umumnya mengalami gangguan saluran cerna. Bukan tidak mungkin hal ini dialami orang yang positif XBB dan XBC.
Tekanan psikologis, seperti cemas dan stres saat terinfeksi virus corona bisa menyebabkan mual dan muntah. Menurut Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, pasien Covid-19 yang menggunakan obat antibiotik dan antivirus untuk mendukung proses penyembuhan juga bisa mengalami efek samping berupa diare.
Selain itu, subvarian Omicron XBB dan XBC juga mengakibatkan demam atau menggigil kedinginan. Seperti gejala infeksi Covid-19 umumnya, subvarian Omicron XBB menyebabkan demam. Meski begitu, kamu bisa saja terkena virus corona tanpa mengalami demam.
Sebuah penelitian yang dimuat Taylor & Francis Public Health Emergency Collection mengungkapkan, rata-rata pasien COVID-19 mengalami demam selama 10 hari. Pasien yang dirawat di ICU cenderung mengalami demam lebih lama daripada pasien COVID-19 yang tidak dirawat secara intensif.
Lalu, pasien juga mengalami sakit di sekujur tubuh, badan mudah lelah dan lemas, serta nyeri otot. Terakhir, pasien juga mengalami sakit kepala. Sakit kepala adalah salah satu gejala COVID-19 yang bisa mengganggu.
Kondisi ini diduga bisa dialami orang yang terinfeksi XBB. Umumnya, nyeri sakit kepala akibat infeksi virus corona sangat bervariasi. Rasa nyeri yang muncul bisa seperti ditekan hingga berdenyut parah. Biasanya, sakit kepala berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu.
Kelompok Individu yang Paling Rentan Tertular
Omicron XBB lebih rentan menyerang orang yang sama sekali belum pernah terinfeksi COVID-19. Hal ini telah terjadi di Singapura, sebagian besar kasus COVID-19 didominasi oleh covid naive, yaitu mereka yang belum pernah terinfeksi.
Selain covid naive, risiko penularan juga rentan menyasar kelompok individu pada rentang usia 20 hingga 39 tahun dan lansia di atas 70 tahun. Kelompok lansia umumnya memiliki daya tahan tubuh yang relatif lebih rendah dan punya komorbid.
Mencegah Penularan Omicron XBB dan XBC
Masyarakat juga diimbau untuk segera melakukan vaksinasi guna meningkatkan proteksi terhadap subvarian Omicron XBB dan XBC. Selain mematuhi prokes, berikut tips lain yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan:
1. Mengonsumsi Vitamin C
Setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang memengaruhinya, mulai dari usia, pola makan dan gaya hidup. Vitamin C bisa menjadi solusi untuk memperkuat imun. Jenis antioksidan ini membantu tubuh melawan virus maupun mempercepat pemulihan pasca infeksi.
2. Menerapkan Pola Makan Sehat
Supaya efeknya maksimal, konsumsi vitamin juga perlu diiringi dengan pola makan yang sehat. Contoh makanan yang bisa memperkuat imun, yaitu sayuran hijau (paprika, brokoli, dan bayam), produk susu, buah kiwi, lemon dan jeruk, serta kacang-kacangan.
Batasi konsumsi makanan setengah matang atau mentah yang bisa menyebabkan infeksi virus maupun bakteri. Kombinasikan dengan banyak minum air putih dan istirahat cukup.
3. Rutin Olahraga
Olahraga juga membantu meningkatkan imunitas tubuh karena dapat mengeluarkan bakteri dari saluran udara hingga paru-paru. Aktivitas ini mengubah antibodi dan sel darah putih (WBC), yaitu sel sistem kekebalan tubuh yang melawan penyakit. Jenis antibodi tersebut bersirkulasi lebih cepat, sehingga mampu mendeteksi penyakit lebih awal daripada sebelumnya.